Angklung Terbuat Dari Apa? Mengenal Lebih Dekat Alat Musik Unik
Pernahkah Anda mendengar suara merdu dan unik dari alat musik tradisional Indonesia yang disebut angklung? Mungkin Anda pernah melihatnya di pertunjukan kesenian atau sekadar mendengarnya dari rekaman. Namun, tahukah Anda sebenarnya angklung terbuat dari apa?
Jawaban singkatnya, angklung terbuat dari bambu. Namun, tidak sembarang bambu bisa dijadikan angklung. Pemilihan jenis bambu, cara pengolahannya, hingga proses pembuatannya membutuhkan keahlian dan ketelitian tinggi untuk menghasilkan suara yang harmonis. Keunikan angklung terletak pada kesederhanaan bahan dasarnya yang mampu menghasilkan kekayaan bunyi yang luar biasa.
Bahan Utama Pembuatan Angklung: Bambu Pilihan
Bahan dasar utama yang digunakan untuk membuat angklung adalah bambu. Di Indonesia, beberapa jenis bambu yang sering dipilih untuk dijadikan angklung antara lain:
- Bambu Apus (Bambusa arundinacea): Jenis bambu ini memiliki batang yang cukup besar dan kuat, sehingga ideal untuk menghasilkan nada yang lebih rendah dan volume suara yang besar.
- Bambu Tutul (Bambusa maculata): Bambu ini memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dan sering digunakan untuk angklung dengan nada yang lebih tinggi.
- Bambu Hitam (Dendrocalamus asper): Meskipun warnanya hitam, bambu ini juga memiliki kualitas suara yang baik dan sering dipilih oleh para pengrajin.
Pemilihan jenis bambu ini sangat krusial karena akan mempengaruhi kualitas suara, nada, dan ketahanan angklung itu sendiri. Pengrajin biasanya akan memilih bambu yang sudah tua dan kering, yang memiliki struktur lebih padat dan minim kadar air. Hal ini penting agar bambu tidak mudah retak atau berubah bentuk setelah diolah.
Proses Pembuatan Angklung: Dari Bambu Menjadi Nada
Setelah bambu pilihan didapatkan, proses selanjutnya adalah pengolahan yang memakan waktu dan membutuhkan keterampilan khusus. Berikut adalah tahapan umum dalam pembuatan angklung:
- Pemilihan dan Pengeringan Bambu: Bambu yang dipilih haruslah yang terbaik. Kemudian, bambu tersebut akan dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau diangin-anginkan hingga kadar airnya berkurang secara signifikan.
- Pemotongan dan Pembentukan: Bambu kemudian dipotong sesuai ukuran yang diinginkan untuk membentuk tabung resonansi. Bagian bambu yang akan menghasilkan bunyi dipotong menjadi beberapa ruas.
- Pembuatan Bilah Suara: Bagian terpenting dari angklung adalah bilah-bilah bambu yang digantung. Bilah-bilah ini memiliki panjang dan ketebalan yang berbeda, yang akan menghasilkan nada yang berbeda pula. Pengrajin harus sangat teliti dalam mengukur dan memotong bilah agar nada yang dihasilkan tepat.
- Pemberian Nada (Tuning): Setelah bilah-bilah dipasang, tahap selanjutnya adalah menyetem atau menyetel nadanya. Proses ini dilakukan dengan cara mengikis sedikit bagian bilah hingga mencapai nada yang diinginkan. Setelan nada ini sangat penting agar setiap angklung yang dihasilkan memiliki harmoni yang pas.
- Perakitan: Bilah-bilah suara kemudian dipasang pada bingkai angklung. Umumnya, setiap angklung memiliki dua hingga empat bilah suara yang digantung secara vertikal.
- Finishing: Angklung yang sudah jadi kemudian dihaluskan dan diberi pelitur agar tampilannya lebih menarik dan tahan lama.
Setiap langkah dalam proses ini sangatlah penting. Kesalahan kecil saja dalam pemotongan bilah atau penyetelan nada dapat menghasilkan suara yang sumbang dan merusak keharmonisan angklung.
Keunikan dan Filosofi Angklung
Lebih dari sekadar alat musik, angklung juga menyimpan nilai filosofis. Konon, angklung berawal dari tradisi masyarakat Sunda di Jawa Barat yang digunakan untuk mensyukuri hasil panen padi. Suara angklung dipercaya dapat memanggil Dewi Sri, dewi kesuburan. Keunikan angklung tidak hanya terletak pada bahan dasarnya, yaitu angklung terbuat dari bambu, tetapi juga pada cara memainkannya. Setiap angklung hanya menghasilkan satu nada. Untuk menghasilkan melodi, dibutuhkan kerjasama antar pemain yang memegang angklung berbeda nada. Inilah yang mengajarkan nilai kebersamaan, gotong royong, dan saling menghargai.
Kini, angklung telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Manusia. Alat musik tradisional ini terus lestari dan bahkan telah dikenal di mancanegara, membuktikan bahwa kesederhanaan bahan dapat menghasilkan karya seni yang mendunia.