Kematian adalah sebuah kepastian yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini. Dalam ajaran Islam, kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah transisi menuju kehidupan yang abadi di akhirat. Al-Qur'an, sebagai kitab suci umat Islam, telah memberikan banyak penjelasan mendalam mengenai hakikat kematian, tujuan penciptaan, dan hikmah di balik ujian hidup yang seringkali membuat manusia merenung.
Memahami ayat-ayat dalam Al-Qur'an tentang kematian dapat memberikan ketenangan jiwa, kesiapan mental, dan motivasi untuk menjalani kehidupan di dunia dengan lebih bermakna. Dengan mengingat kematian, seorang Muslim diingatkan untuk tidak terlena oleh gemerlap duniawi dan senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadap Sang Pencipta.
Al-Qur'an secara tegas menyatakan bahwa kematian adalah takdir yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun. Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. Hal ini ditegaskan dalam berbagai ayat, salah satunya adalah:
"Setiap jiwa akan merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah balasanmu disempurnakan. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, ia telah beruntung. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali 'Imran: 185)
Ayat ini memberikan penekanan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan segala kenikmatannya bersifat menipu. Tujuan utama kehidupan adalah persiapan untuk kehidupan akhirat. Kematian adalah gerbang yang akan membawa setiap individu menuju perhitungan amal perbuatannya.
Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa kematian bukanlah ketiadaan, melainkan perpindahan alam. Jiwa manusia akan tetap ada dan mempertanggungjawabkan setiap perbuatan yang telah dilakukan semasa hidup di dunia. Surah Al-Mu'minun ayat 99-100 menggambarkan keadaan manusia saat menghadapi kematian dan momen setelahnya:
"Hingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara mereka, dia pun berkata, ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia)...’" (QS. Al-Mu'minun: 99)
"...agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang dia (sekaligus) ucapkan. Dan di belakang mereka ada dinding (barzakh) sampai pada hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu'minun: 100)
Ayat ini sangat menyentuh hati. Manusia yang telah terbuai oleh kehidupan duniawi, ketika dihadapkan pada kematian, baru menyadari betapa berharganya waktu yang telah terlewatkan. Mereka memohon untuk dikembalikan agar dapat memperbaiki diri dan beramal saleh. Namun, permintaan itu tidak akan terkabul. Adanya alam barzakh menjadi penanda bahwa kehidupan tidak berhenti setelah kematian, melainkan ada fase penantian sebelum hari kebangkitan.
Dalam Islam, mengingatkan diri tentang kematian bukanlah untuk menakut-nakuti, melainkan untuk menjadi pengingat yang berharga. Rasulullah SAW bersabda:
"Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan." (HR. Tirmidzi dan An-Nasa'i)
Para ulama menafsirkan "pemutus kenikmatan" sebagai kematian. Mengingat kematian memiliki beberapa hikmah penting:
Banyak ayat lain dalam Al-Qur'an yang juga membahas tentang kematian, siklus kehidupan, dan alam akhirat, seperti Surah Ar-Ra'du ayat 2: "Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar sampai kepada waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya, agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu." Ayat ini mengingatkan kita akan keteraturan alam semesta yang menunjukkan adanya Sang Pencipta dan adanya kehidupan setelah dunia ini.
Kematian merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Dengan merenungkan ayat-ayat Al-Qur'an tentang kematian, kita dapat menjalani hidup dengan lebih bijak, fokus pada hal-hal yang bernilai abadi, dan senantiasa dalam keridaan Allah SWT.