Ilustrasi ritual berpasangan yang menandai kesiapan kawin.
Angsa, dengan keanggunan yang mereka pancarkan, dikenal dalam banyak budaya sebagai simbol kesetiaan. Hal ini sangat berkaitan dengan perilaku reproduksi mereka. Proses perkawinan pada angsa, terutama spesies seperti Angsa Kanada (Canada Goose) atau Angsa Mute (Mute Swan), melibatkan serangkaian ritual yang rumit sebelum kopulasi yang sebenarnya terjadi. Memahami cara angsa kawin membutuhkan pemahaman tentang musim, pembentukan ikatan (monogami musiman atau seumur hidup), dan perilaku pacaran mereka.
Salah satu aspek paling menonjol dari reproduksi angsa adalah kecenderungan mereka untuk membentuk ikatan pasangan yang kuat. Banyak spesies angsa bersifat monogami, yang berarti mereka memilih satu pasangan dan seringkali mempertahankan hubungan tersebut selama bertahun-tahun, bahkan seumur hidup. Ikatan ini krusial karena kerja sama kedua orang tua sangat diperlukan dalam menjaga sarang, mengerami telur, dan membesarkan anak angsa (gosling).
Proses seleksi pasangan biasanya terjadi pada akhir musim dingin, menandakan dimulainya musim kawin. Angsa yang telah berpasangan akan menunjukkan perilaku teritorial yang agresif untuk melindungi wilayah sarang mereka dari angsa lain.
Sebelum kopulasi, angsa melalui ritual pacaran yang khas. Ritual ini berfungsi untuk memperkuat ikatan antara pasangan dan memastikan keduanya siap secara fisik dan emosional untuk bereproduksi. Ritual ini seringkali terlihat dramatis oleh pengamat.
Angsa yang sedang pacaran sering terlihat berenang bersama dengan gerakan yang sinkron. Mereka mungkin saling membersihkan bulu (allopreening) pada leher dan kepala. Salah satu perilaku yang paling terkenal adalah ketika pasangan angsa saling berhadapan, merendahkan leher mereka, dan kemudian mengangkat kepala mereka bersamaan, membentuk formasi yang seringkali menyerupai hati. Ini adalah sinyal visual kuat bahwa ikatan mereka solid.
Meskipun terlihat romantis, ritual ini juga melibatkan komunikasi vokal. Panggilan yang spesifik digunakan untuk menarik pasangan atau mengusir pesaing. Pada saat persetujuan, angsa jantan (gander) sering menunjukkan perilaku dominasi ringan dan menjaga pasangannya dengan waspada.
Kopulasi pada angsa terjadi setelah ritual pacaran yang sukses dan biasanya terjadi di air, meskipun terkadang juga di darat. Jantan harus menyeimbangkan dirinya di punggung betina untuk melakukan fertilisasi.
Setelah pembuahan berhasil, fokus beralih ke pembangunan sarang. Sarang angsa dibangun oleh kedua pasangan, biasanya terbuat dari tumpukan vegetasi yang besar, lumpur, dan dilapisi bulu halus dari dada betina. Lokasi sarang sangat strategis, biasanya di tempat yang sedikit terangkat dekat perairan, memberikan perlindungan dari predator darat sekaligus akses cepat ke air.
Betina yang akan bertelur akan mengerami telur sendirian selama sekitar 28 hingga 42 hari, tergantung spesiesnya. Selama periode ini, jantan mengambil peran vital sebagai penjaga sarang. Tugasnya adalah mencari makan untuk betina yang sedang mengerami dan secara agresif mempertahankan perimeter sarang dari gangguan hewan lain atau manusia. Kesuksesan reproduksi angsa sangat bergantung pada kerja sama ini.
Keseluruhan cara angsa kawin menekankan pentingnya kemitraan. Tidak seperti beberapa spesies burung lain di mana jantan segera pergi setelah pembuahan, jantan angsa tetap bersama pasangannya. Mereka berdua bertanggung jawab untuk membimbing dan melindungi anak angsa segera setelah mereka menetas. Ikatan yang dibentuk melalui ritual pacaran di awal musim adalah fondasi yang memungkinkan mereka bertahan melalui tantangan membesarkan keluarga angsa.