Ilustrasi: Perbedaan visual penempatan angka dan arah baca.
Pertanyaan mengenai cara menulis angka Arab, apakah dari kanan ke kiri atau sebaliknya, seringkali menimbulkan kebingungan, terutama bagi mereka yang baru mempelajari bahasa Arab atau sistem penulisan yang berbeda. Sebenarnya, jawabannya tidak sesederhana "selalu kanan" atau "selalu kiri". Arah penulisan angka Arab bergantung pada dua faktor utama: bahasa yang digunakan untuk menuliskan angka tersebut dan konteks penggunaannya.
Ketika kita berbicara tentang angka Arab dalam konteks Bahasa Arab itu sendiri, maka kaidah penulisannya adalah dari kanan ke kiri. Ini sejalan dengan arah penulisan aksara Arab yang memang dimulai dari sisi kanan halaman menuju sisi kiri. Misalnya, angka seratus dua puluh tiga dalam bahasa Arab ditulis sebagai:
Di sini, angka 1 (١) berada di paling kanan, diikuti oleh angka 2 (٢) di tengah, dan angka 3 (٣) di paling kiri. Pola ini berlaku untuk semua bilangan yang ditulis menggunakan aksara Arab.
Penting untuk diingat bahwa angka-angka ini sering disebut sebagai "angka Arab Timur" atau "angka Arabik". Bentuknya memang berbeda dengan angka yang kita kenal sehari-hari, meskipun nilainya sama. Contoh lain:
Nah, di sinilah seringkali terjadi kebingungan. Sistem angka yang paling umum digunakan di seluruh dunia saat ini, termasuk di Indonesia, adalah sistem yang berasal dari India dan kemudian disebarluaskan oleh peradaban Arab ke Eropa. Sistem ini kemudian dikenal sebagai angka Hindu-Arab atau seringkali kita sebut saja sebagai "angka Arab" dalam percakapan sehari-hari.
Angka-angka yang kita gunakan sekarang seperti 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan. Ini mengikuti arah penulisan sebagian besar bahasa-bahasa Eropa dan juga bahasa Indonesia. Misalnya, ketika kita menuliskan angka 123 dalam bahasa Indonesia, kita menuliskannya:
Di sini, angka 1 berada di paling kiri, diikuti oleh 2 di tengah, dan 3 di paling kanan. Pola ini adalah kebalikan dari penulisan angka Arab dalam bahasa Arab itu sendiri.
Mengapa bisa terjadi dua sistem penulisan yang berbeda namun sama-sama disebut "angka Arab"? Sejarah mencatat bahwa angka-angka ini pertama kali dikembangkan di India kuno, dan kemudian diadopsi serta disebarluaskan oleh para sarjana Arab. Para pedagang dan penjelajah Eropa kemudian mempelajari sistem angka ini dari dunia Islam, membawanya kembali ke benua mereka, dan mengadaptasinya ke dalam sistem penulisan yang sudah ada. Karena peradaban Arab memainkan peran krusial dalam penyebarannya ke Barat, angka-angka ini kemudian dikenal sebagai "angka Arab". Namun, ketika digunakan dalam bahasa-bahasa yang ditulis dari kiri ke kanan, cara penulisannya pun ikut beradaptasi menjadi dari kiri ke kanan.
Perbedaan arah penulisan ini memiliki beberapa konsekuensi visual dan pemahaman:
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama di luar negara-negara berbahasa Arab, kita hampir selalu berinteraksi dengan sistem angka Hindu-Arab yang ditulis dari kiri ke kanan. Jadi, ketika ditanya cara menulis angka Arab, jawaban yang paling relevan untuk konteks kita adalah: dari kiri ke kanan, menggunakan simbol 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Namun, pengetahuan tentang bagaimana angka ditulis dari kanan ke kiri dalam bahasa Arab itu sendiri tetap penting untuk pemahaman lintas budaya dan apresiasi terhadap perkembangan sejarah angka.
Secara ringkas, arah penulisan angka yang kita sebut "angka Arab" memiliki dua varian utama:
Jadi, penting untuk selalu memperhatikan konteks saat membahas arah penulisan angka. Dalam sebagian besar penggunaan global, kita akan selalu menulis dan membaca angka dari kiri ke kanan.