Anggaran induk, atau sering disebut *Master Budget*, adalah dokumen komprehensif yang merangkum semua rencana keuangan dan operasional sebuah organisasi untuk periode mendatang, biasanya satu tahun fiskal. Ini bukan sekadar proyeksi keuangan; ia adalah cetak biru strategis yang menghubungkan tujuan jangka panjang perusahaan dengan kegiatan operasional sehari-hari.
Bagi banyak perusahaan, terutama yang sedang berkembang atau yang memerlukan kontrol biaya ketat, memahami struktur anggaran induk sangat krusial. Anggaran ini memberikan panduan kepada setiap departemen mengenai batasan pengeluaran dan target pendapatan yang harus dicapai. Kegagalan dalam menyusunnya secara akurat dapat mengakibatkan ketidakseimbangan arus kas, inefisiensi operasional, dan penundaan investasi strategis.
Secara umum, anggaran induk dibagi menjadi dua bagian besar yang saling terkait: Anggaran Operasional dan Anggaran Keuangan. Keduanya harus disinkronkan agar perusahaan dapat beroperasi dengan mulus dan mencapai sasaran profitabilitas.
Bagian ini berfokus pada aktivitas inti perusahaan yang menghasilkan pendapatan dan menanggung biaya operasional. Ini adalah bagian yang paling rinci dan mencakup berbagai sub-anggaran. Contoh komponennya meliputi:
Setelah mengetahui hasil operasional (laba kotor dan laba operasional), anggaran ini menyajikan gambaran akhir posisi keuangan perusahaan. Ini memastikan likuiditas dan kebutuhan modal terpenuhi. Komponen utamanya adalah:
Penyusunan anggaran induk biasanya dimulai beberapa bulan sebelum tahun fiskal baru dimulai. Proses ini bersifat iteratif dan membutuhkan kolaborasi lintas departemen. Titik awal yang paling umum adalah prediksi penjualan. Jika prediksi penjualan optimis, maka anggaran produksi akan meningkat, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead.
Proses ini kemudian mengalir ke anggaran keuangan. Misalnya, anggaran pembelian bahan baku akan memengaruhi arus kas keluar di anggaran kas. Jika hasil proyeksi laba rugi menunjukkan margin yang tidak memuaskan, manajemen mungkin perlu kembali merevisi anggaran operasional—misalnya, memotong biaya pemasaran atau mencari pemasok yang lebih murah—hingga semua komponen anggaran induk selaras dengan target profitabilitas strategis perusahaan.
Anggaran induk yang baik berfungsi sebagai standar kinerja. Setelah disahkan, semua departemen bertanggung jawab untuk mematuhi rencana yang telah ditetapkan. Tinjauan kinerja secara berkala (analisis varians) terhadap anggaran induk memungkinkan manajemen mengambil tindakan korektif segera jika terjadi penyimpangan signifikan, memastikan bahwa arah perusahaan tetap terkendali menuju tujuannya.
Dengan demikian, anggaran induk bukan hanya alat akuntansi, melainkan instrumen manajemen yang kuat untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien dan mencapai sasaran bisnis secara terstruktur.