Binuang, sebuah kecamatan di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, menyimpan kisah-kisah yang kaya akan tradisi dan spiritualitas. Salah satu figur yang kerap menjadi perbincangan hangat, terutama di kalangan masyarakat setempat dan para perantau dari daerah tersebut, adalah sosok yang dikenal dengan sebutan Haji Ijai. Meskipun detail mengenai identitas lengkap dan masa hidupnya terkadang diselimuti oleh cerita rakyat dan legenda, pengaruhnya dalam membentuk nilai-nilai keagamaan dan sosial di Binuang tidak dapat disangkal. Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai sosok Haji Ijai, relevansinya di Binuang, serta bagaimana kisah-kisahnya terus menginspirasi hingga kini.
Binuang, yang terletak di wilayah pesisir Kalimantan Selatan, memiliki sejarah panjang yang terjalin erat dengan ajaran Islam. Keberadaan tokoh-tokoh agama yang memiliki pengaruh besar menjadi pilar penting dalam penyebaran dan penguatan akidah di masyarakat. Haji Ijai adalah salah satu dari mereka yang namanya abadi dalam ingatan kolektif. Diceritakan bahwa beliau adalah seorang ulama atau tokoh agama yang sangat dihormati, memiliki kedalaman ilmu agama, dan karismatik dalam memimpin umat. Sebutan "Haji" sendiri menandakan bahwa beliau telah menunaikan ibadah haji, sebuah pencapaian spiritual yang sangat tinggi dalam Islam, yang seringkali menjadi simbol ketakwaan dan keilmuan.
Kisah-kisah tentang Haji Ijai seringkali dikaitkan dengan berbagai peristiwa spiritual, karomah, atau ajaran-ajaran bijak yang beliau sampaikan. Meskipun banyak yang bersifat lisan dan turun-temurun, narasi tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas keagamaan masyarakat Binuang. Misalnya, ada cerita tentang bagaimana beliau membantu warga mengatasi kesulitan, memberikan petuah yang mencerahkan, atau bahkan menunjukkan kemampuan luar biasa yang dianggap sebagai berkah dari Allah SWT. Cerita-cerita semacam ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
Warisan Haji Ijai tidak hanya sebatas cerita. Pengaruhnya juga tercermin dalam semangat keagamaan masyarakat Binuang. Ketaatan dalam menjalankan ibadah, kepedulian sosial, dan tradisi keagamaan seperti pengajian rutin, peringatan hari besar Islam, serta kegiatan keagamaan lainnya, seringkali dikaitkan dengan akar yang ditanam oleh tokoh-tokoh seperti Haji Ijai. Beliau menjadi simbol dari generasi terdahulu yang berjuang menyebarkan Islam dengan penuh keikhlasan dan dedikasi.
Di tengah derasnya arus modernisasi dan kemajuan teknologi, kisah-kisah seperti Haji Ijai tetap relevan. Di era digital ini, informasi dapat tersebar dengan cepat, namun nilai-nilai spiritual dan moral seringkali tertinggal. Sosok Haji Ijai mengingatkan kita pada esensi kehidupan yang sejati, yaitu hubungan dengan Sang Pencipta dan kepedulian terhadap sesama. Bagi masyarakat Binuang yang berada di perantauan, mengenang dan menceritakan kisah Haji Ijai menjadi cara untuk menjaga identitas dan kekerabatan, serta menjadi pengingat akan akar budaya dan agama mereka.
Lebih dari sekadar legenda, figur Haji Ijai dapat dilihat sebagai representasi dari perjuangan para pendahulu dalam membangun peradaban yang Islami. Beliau adalah cerminan dari keteladanan dalam hal kesungguhan beribadah, kepemimpinan yang bijaksana, dan kepedulian terhadap umat. Dalam konteks masyarakat Binuang saat ini, semangat yang diwariskan oleh Haji Ijai dapat menjadi motivasi untuk terus mengembangkan diri, baik dalam bidang keagamaan maupun sosial ekonomi, sambil tetap menjaga nilai-nilai luhur yang telah diajarkan.
Kisah Haji Ijai Binuang Kalsel adalah bukti bahwa tradisi dan nilai-nilai luhur dapat terus hidup dan relevan, bahkan di zaman yang terus berubah. Beliau bukan hanya sekadar nama dalam sejarah lisan, tetapi juga sumber inspirasi yang mengajarkan tentang ketakwaan, kebaikan, dan bagaimana meninggalkan jejak yang berarti bagi generasi mendatang. Memahami dan merawat kisah-kisah seperti ini adalah bagian dari menjaga kekayaan budaya dan spiritualitas bangsa.