Dalam tradisi Jawa, pernikahan bukan sekadar menyatukan dua insan, tetapi juga dua keluarga besar. Pemilihan tanggal dan waktu yang tepat untuk melangsungkan akad nikah atau resepsi menjadi salah satu aspek krusial yang sangat diperhatikan. Kepercayaan ini berakar pada filosofi Jawa yang mengedepankan keseimbangan, keselarasan, dan perhitungan yang matang agar kehidupan rumah tangga yang dijalani senantiasa diberkahi, jauh dari marabahaya, serta penuh kebahagiaan dan keberuntungan. Konsep ini dikenal sebagai "hitungan Jawa" atau "primbon pernikahan".
Hitungan Jawa dipercaya dapat memberikan gambaran mengenai potensi keberuntungan, keselarasan, serta tantangan yang mungkin dihadapi oleh pasangan pengantin di masa depan. Dengan menghitung neptu (nilai angka) dari hari kelahiran weton kedua calon mempelai, serta mempertimbangkan berbagai unsur lain seperti pasaran, tanggal, dan bulan, masyarakat Jawa meyakini bahwa mereka dapat memilih hari yang paling membawa berkah. Tujuannya adalah untuk meminimalkan potensi konflik, kesulitan ekonomi, atau masalah kesehatan yang bisa mengganggu keharmonisan rumah tangga.
Proses hitungan Jawa untuk pernikahan melibatkan beberapa elemen kunci:
Tujuan utama dari hitungan Jawa adalah menemukan tanggal pernikahan yang menghasilkan nilai-nilai positif. Misalnya, perhitungan yang menghasilkan "Sri" berarti pasangan akan hidup makmur dan berkecukupan. "Lungguh" menandakan kedudukan yang baik dan dihormati. "Gedong" mengisyaratkan kekayaan yang melimpah. Sebaliknya, perhitungan yang menghasilkan "Brama" (api) bisa diartikan sebagai potensi pertengkaran atau emosi yang tinggi, sedangkan "Seteru" (musuh) bisa mengindikasikan adanya permusuhan atau ketidakrukunan.
Oleh karena itu, para orang tua atau sesepuh biasanya akan melakukan perhitungan ini secara seksama, terkadang berkonsultasi dengan ahli primbon, untuk menemukan tanggal yang paling sesuai. Pemilihan tanggal ini tidak hanya mempertimbangkan kesuksesan pasangan, tetapi juga kelancaran acara pernikahan itu sendiri, serta keharmonisan kedua keluarga besar.
Meskipun hitungan Jawa sangat dihargai, perlu diingat bahwa ini adalah bagian dari tradisi dan kepercayaan. Banyak pasangan modern yang tetap menghormati tradisi ini sebagai bagian dari warisan budaya, namun tidak menjadikannya satu-satunya penentu. Komunikasi yang baik, saling pengertian, cinta yang tulus, dan komitmen yang kuat adalah pondasi utama keharmonisan rumah tangga yang sebenarnya. Hitungan Jawa lebih berfungsi sebagai panduan awal untuk membuka jalan yang baik dan meminimalkan potensi masalah, tetapi kelancaran dan kebahagiaan rumah tangga pada akhirnya tetap bergantung pada usaha dan doa dari kedua mempelai.
Dalam setiap tahap kehidupan, termasuk pernikahan, berusaha untuk melakukan yang terbaik dan memohon restu adalah langkah bijak. Hitungan Jawa hanyalah salah satu cara untuk memohon keberkahan dan mempersiapkan diri menghadapi babak baru kehidupan bersama pasangan tercinta.