Ilustrasi jumlah ayat Al-Qur'an
Al-Qur'anul Karim, kitab suci umat Islam, merupakan wahyu terakhir yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Di antara berbagai aspek yang menarik untuk dipelajari dari mushaf Al-Qur'an adalah struktur dan jumlah ayatnya. Namun, penting untuk dicatat bahwa terdapat sedikit perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai jumlah pasti ayat Al-Qur'an. Perbedaan ini biasanya timbul karena perbedaan metodologi penghitungan, seperti penentuan di mana satu ayat berakhir dan ayat berikutnya dimulai, terutama pada ayat-ayat pembuka surat (seperti Al-Fatihah) atau pada huruf-huruf terpisah di awal surat tertentu (Muqatta'at).
Dalam konteks studi qira'at (cara membaca Al-Qur'an), riwayat atau metode penghitungan ayat yang paling dominan dan digunakan secara luas di dunia Islam, khususnya di kawasan Timur Tengah, Asia Tenggara, termasuk Indonesia, adalah Riwayat Hafs 'an 'Asim. Riwayat ini merupakan salah satu dari sepuluh qira'at mutawatirah yang diakui keotentikannya.
Ketika kita membahas pertanyaan spesifik mengenai jumlah ayat dalam Al-Qur'an menurut riwayat Hafs, konsensus yang diterima oleh mayoritas ulama yang mengikuti metode ini adalah bahwa Al-Qur'an terdiri dari 6.236 ayat. Angka ini adalah angka yang sering tertera di sebagian besar mushaf cetakan kontemporer yang beredar secara internasional.
Metode penghitungan yang digunakan oleh Ashim melalui jalur Hafs ini menganggap bahwa basmalah (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ) yang terdapat di awal setiap surat, kecuali Surah At-Taubah, adalah ayat tersendiri dari surat Al-Fatihah (sebagai ayat pertama), namun bukan merupakan bagian dari ayat pembuka 29 surat lainnya. Namun, titik perbedaan yang lebih spesifik terletak pada penghitungan ayat di akhir surat atau di awal surat-surat tertentu yang mengandung huruf-huruf terpisah (Al-Muqatta'at).
Sebagai perbandingan historis, beberapa riwayat lain memberikan angka yang sedikit berbeda. Misalnya, riwayat dari Madinah, Kufah, Mekkah, dan Syam terkadang memiliki perbedaan hitungan, meskipun perbedaannya seringkali hanya satu atau dua ayat saja. Misalnya, riwayat Madinah kadang mencatat 6.214 atau 6.219 ayat, sedangkan riwayat Kufah selain Hafs cenderung berbeda sedikit dari angka 6.236 tersebut. Namun, kembali lagi, untuk kebutuhan praktis dan standar Mushaf yang digunakan saat ini, 6.236 ayat adalah jawaban standar untuk riwayat Hafs 'an 'Asim.
Penting untuk dipahami bahwa perbedaan jumlah ayat ini tidak memengaruhi validitas maupun kemurnian Al-Qur'an secara keseluruhan. Perbedaan ini murni bersifat teknis dan prosedural dalam menghitung titik akhir setiap ayat. Beberapa poin utama yang menyebabkan variasi penghitungan meliputi:
Metodologi yang dianut oleh Imam Hafs—yang menerima riwayat penghitungan dari Ashim Al-Kufi—telah menjadi rujukan utama dalam penulisan mushaf modern. Standarisasi ini sangat membantu umat Islam di seluruh dunia untuk memiliki referensi tunggal saat merujuk pada nomor ayat tertentu, memudahkan koordinasi dalam tadarus, hafalan, dan penelitian tafsir. Dengan demikian, ketika sebuah mushaf mencetak ayat nomor 100 di Surah Al-Baqarah, semua pembaca yang menggunakan qira'at Hafs akan merujuk pada ayat yang sama.
Kesimpulannya, meskipun ada berbagai cara penghitungan ayat dalam sejarah Islam, jawaban yang paling relevan dan diterima secara universal terkait jumlah ayat dalam Al-Qur'an menurut riwayat Hafs 'an 'Asim adalah 6.236 ayat. Angka ini menegaskan kesatuan Al-Qur'an sebagai firman Allah yang terhimpun rapi dan terstandarisasi untuk kemudahan umat-Nya dalam berinteraksi dengan kalamullah.