Ilustrasi kekuatan udara modern
Pertanyaan mengenai jumlah jet tempur China telah menjadi topik hangat dalam diskusi geopolitik dan militer global. Republik Rakyat China, melalui Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), khususnya Angkatan Udara PLA (PLAAF) dan Angkatan Laut PLA (PLANAF), telah mengalami modernisasi militer yang masif dalam dua dekade terakhir. Peningkatan ini tidak hanya terlihat pada kuantitas, tetapi juga kualitas teknologi pesawat tempur mereka.
Secara historis, kekuatan udara China didominasi oleh pesawat generasi ketiga yang merupakan lisensi atau turunan dari desain Soviet (seperti Su-27 dan MiG-29). Namun, fokus strategi pertahanan China telah bergeser secara radikal menuju pengembangan platform generasi keempat yang lebih canggih dan, yang lebih penting, pesawat siluman generasi kelima.
Perkiraan mengenai jumlah jet tempur China selalu bervariasi antar lembaga intelijen Barat, karena data resmi dari Beijing sering kali bersifat tertutup. Namun, konsensus umum menunjukkan bahwa China kini memiliki salah satu armada pesawat tempur terbesar di dunia, bersaing ketat dengan Amerika Serikat dalam hal jumlah total unit aktif.
Armada PLAAF terbagi dalam beberapa kategori utama berdasarkan kapabilitas dan generasi:
Ini masih menjadi tulang punggung kekuatan udara China. Jet-jet ini meliputi:
Faktor penentu kekuatan udara masa depan China terletak pada platform siluman mereka. Dua model utama mendominasi diskusi ini:
Menurut analisis dari berbagai lembaga pertahanan terkemuka, seperti International Institute for Strategic Studies (IISS) dan lembaga intelijen AS, total inventaris pesawat tempur aktif China diperkirakan berada di kisaran 2.700 hingga 3.000 unit. Dari jumlah tersebut, proporsi pesawat tempur canggih (4.5 generasi ke atas dan siluman) terus bertambah, sementara armada tua secara bertahap ditarik dari tugas garis depan.
Perlu dicatat bahwa pertumbuhan ini didorong oleh target Beijing untuk memiliki angkatan udara yang mampu melakukan operasi anti-akses/penolakan area (A2/AD) di wilayah sengketa Pasifik Barat, seperti Laut China Selatan dan sekitar Taiwan. Peningkatan jumlah jet tempur China ini bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang integrasi sistemik, kemampuan perang elektronik, dan konektivitas data antar pesawat.
Kenaikan pesat dalam kemampuan dan kuantitas armada udara China mengubah perhitungan kekuatan udara regional. Negara-negara tetangga, termasuk Jepang, Korea Selatan, dan India, kini harus meninjau kembali postur pertahanan mereka seiring dengan semakin mampunya PLAAF untuk memproyeksikan kekuatan jauh dari pangkalan darat mereka. Transisi dari kuantitas berbasis platform lama menuju kualitas yang didominasi oleh pesawat generasi terbaru menandakan China siap untuk bersaing secara setara di domain udara tingkat tinggi.
Kesimpulannya, meskipun angka pastinya fluktuatif dan sulit diverifikasi, trennya jelas: jumlah jet tempur China yang modern dan canggih terus meningkat pesat, memposisikan PLAAF sebagai salah satu kekuatan udara paling tangguh di dunia saat ini.