Andaliman, rempah asli dari Sumatera Utara, telah menjadi ikon kuliner Batak yang tak tergantikan. Dikenal karena sensasi kebas (tingling sensation) yang unik pada lidah, andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) sering menjadi bintang utama dalam masakan seperti Arsik atau Saksang. Namun, tahukah Anda bahwa rempah kaya rasa ini memiliki beberapa nama lain yang sering digunakan di berbagai daerah di Indonesia? Memahami nama lain dari andaliman tidak hanya memperkaya kosakata kuliner kita, tetapi juga membantu dalam melacak persebarannya di wilayah Nusantara.
Representasi visual dari buah andaliman yang khas.
Menggali Nama Lain Andaliman
Ketika kita berbicara mengenai nama lain dari andaliman, kita memasuki ranah etnobotani lokal. Meskipun nama Andaliman sangat kuat terikat dengan tradisi Batak Toba, masyarakat di daerah lain memiliki sebutan tersendiri untuk tanaman yang secara botani sama atau sangat mirip, seringkali berdasarkan persepsi rasa atau morfologi tanaman.
Salah satu nama yang cukup sering muncul dalam literatur lama atau catatan suku di sekitar Sumatera adalah Rica Batak. Meskipun 'Rica' secara umum berarti 'cabai' dalam bahasa Manado, dalam konteks tertentu di Sumatera Utara, ia merujuk pada bumbu yang memberikan sensasi pedas dan kebas yang dihasilkan oleh andaliman. Nama ini menekankan fungsi andaliman sebagai penyedap rasa yang dominan, berbeda dengan cabai biasa yang hanya fokus pada rasa panas.
Perbedaan Regional dan Pengucapan
Penyebutan nama rempah juga sangat dipengaruhi oleh dialek setempat. Di beberapa wilayah yang berbatasan dengan komunitas Batak, andaliman mungkin dikenal dengan variasi pengucapan. Meskipun tidak selalu menjadi nama resmi yang berbeda, variasi lokal ini menunjukkan betapa dalamnya rempah ini terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Misalnya, kadang-kadang ditemukan penyebutan yang lebih umum seperti Lada Batak, meskipun secara teknis andaliman bukan anggota dari famili lada (Piperaceae), melainkan Rutaceae. Penamaan ini sering terjadi karena andaliman menggantikan fungsi lada dalam memberikan rasa pedas aromatik.
Perlu dicatat bahwa klasifikasi ilmiahnya, Zanthoxylum acanthopodium, adalah penamaan universal. Namun, dalam konteks pasar atau warung bumbu tradisional, kesederhanaan nama lokal seringkali lebih disukai. Jika Anda mencari rempah ini di luar Sumatera Utara, seringkali penjual akan mengenali jika Anda menyebutkan salah satu dari nama lain ini, terutama Rica Batak.
Mengapa Andaliman Begitu Istimewa?
Keunikan andaliman terletak pada kandungan senyawa aktifnya, terutama hydroxy-alpha-sanshool. Senyawa inilah yang bertanggung jawab atas sensasi "kesemutan" atau kebas yang khas. Efek ini membuat makanan terasa lebih hidup dan kompleks, seolah-olah ada ledakan rasa yang diikuti oleh sensasi mati rasa ringan yang menyenangkan. Sensasi ini jauh berbeda dari pedas yang dihasilkan oleh kapsaisin pada cabai.
Saat ini, upaya pelestarian dan peningkatan popularitas andaliman terus dilakukan, tidak hanya untuk melestarikan kekayaan kuliner Batak, tetapi juga untuk mengenalkan seluruh Indonesia pada varian nama rempah ini. Dengan mengetahui nama lain dari andaliman, kita dapat lebih mudah mengapresiasi bagaimana satu jenis rempah dapat memiliki identitas ganda—ilmiah dan lokal—di berbagai sudut Nusantara. Baik disebut Andaliman, Rica Batak, atau Lada Batak, esensinya tetap sama: rempah yang memberikan gigitan unik dan tak terlupakan pada setiap hidangan yang disentuhnya. Eksplorasi rempah ini membuka jendela keanekaragaman hayati dan budaya kita.
Dalam konteks modern, andaliman kini juga mulai dikenal sebagai "Sichuan Pepper Indonesia" karena kesamaan efek anestetiknya, meskipun secara botani mereka berasal dari genus yang sama (Zanthoxylum) namun spesies yang berbeda. Pengakuan global ini semakin memperkuat pentingnya pemahaman kita terhadap nama-nama lokalnya.