Dalam lautan hikmah Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang menjadi pedoman abadi bagi umat manusia. Salah satu ayat yang sarat makna dan menjadi pegangan penting dalam kehidupan adalah Surat An Nisa ayat 114. Ayat ini memberikan penekanan pada dua aspek fundamental dalam menjalani kehidupan, yaitu larangan untuk berbuat keburukan dan dorongan untuk senantiasa berbuat kebaikan. Pemahaman mendalam terhadap ayat ini dapat membimbing kita menuju pribadi yang lebih baik, masyarakat yang harmonis, dan hubungan yang kuat dengan Sang Pencipta.
Artinya: "Allah tidak menyukai perkataan buruk yang diucapkan secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Ayat ini diawali dengan penegasan bahwa Allah SWT tidak menyukai perkataan yang buruk dan jelek, terutama yang diucapkan secara terang-terangan. Perkataan buruk mencakup berbagai bentuk ucapan yang dapat menyakiti, merendahkan, memfitnah, mengadu domba, mencaci maki, dan segala sesuatu yang keluar dari adab kesopanan dan akhlak mulia. Allah melarang hal tersebut karena ucapan yang demikian dapat menimbulkan permusuhan, kebencian, dan kerusakan dalam masyarakat.
Namun, terdapat pengecualian yang disebutkan dalam ayat ini, yaitu bagi "orang yang dizalimi". Dalam konteks ini, orang yang dizalimi dibolehkan untuk menyuarakan ketidakadilan yang menimpanya. Tujuannya bukan untuk membalas dendam dengan perkataan serupa atau berbuat zalim kembali, melainkan untuk menegakkan kebenaran, melaporkan kezaliman, atau meminta pertolongan agar kezaliman tersebut dihentikan. Ini adalah bentuk pembelaan diri yang sah dalam batas-batas syariat.
Kalimat penutup ayat, "Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui," mengingatkan kita bahwa setiap ucapan dan perbuatan kita, sekecil apapun, diketahui oleh Allah. Allah mendengar segala doa, keluhan, pujian, maupun perkataan buruk. Allah juga mengetahui niat di balik setiap ucapan, apakah tulus atau penuh kepalsuan. Pengetahuan Allah yang meliputi segalanya ini menjadi motivasi bagi kita untuk selalu menjaga lisan dan perbuatan agar sesuai dengan ridha-Nya.
Surat An Nisa ayat 114 ini seringkali dibahas dalam kaitan dengan ayat sebelumnya, yaitu Surat An Nisa ayat 113. Ayat 113 berbunyi: "Dan sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu (Muhammad), tentulah segolongan dari mereka bertekad membongkar kesesatanmu..." Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad SAW agar tidak terpengaruh oleh bisikan dan godaan kaum munafik yang berusaha menyesatkannya.
Dengan demikian, ayat 114 menjadi pengingat bagi kaum mukmin secara umum, setelah sebelumnya mengingatkan Nabi secara khusus, untuk tidak mengikuti jejak kaum munafik atau orang-orang yang suka menebar keburukan. Di samping itu, setelah diperingatkan tentang bahaya perkataan buruk, kita diajak untuk lebih fokus pada kebaikan.
Meskipun ayat ini secara spesifik melarang perkataan buruk, esensinya adalah anjuran untuk senantiasa berbuat baik. Dalam ajaran Islam, menjaga lisan dari perkataan yang tidak bermanfaat atau menyakiti adalah bagian integral dari akhlak mulia. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim). Perkataan baik tidak hanya mencakup hal-hal positif seperti nasihat, pujian yang tulus, atau penyebaran ilmu, tetapi juga mencakup diam ketika ingin mengucapkan sesuatu yang buruk.
Keutamaan menjaga lisan dan berbuat baik sangatlah besar. Perkataan yang baik dapat menumbuhkan kedamaian, keharmonisan, dan rasa saling menghargai dalam interaksi sosial. Sebaliknya, perkataan buruk dapat merusak hubungan, menimbulkan permusuhan, dan mendatangkan murka Allah.
Lebih jauh lagi, ayat ini secara implisit mendorong kita untuk menjadi pribadi yang adil dan tidak menyebarkan fitnah atau keburukan tanpa dasar. Jika kita sendiri tidak pernah melakukan kezaliman, maka seyogyanya kita tidak menjadi pelaku keburukan dalam ucapan. Jika kita menjadi korban kezaliman, maka caralah penyelesaiannya sesuai tuntunan agama, bukan dengan membalas kezaliman dengan kezaliman yang sama.
Surat An Nisa ayat 114 adalah pengingat yang kuat bagi kita untuk senantiasa introspeksi diri. Sudahkah lisan kita terjaga dari perkataan yang menyakiti atau merendahkan orang lain? Apakah kita pernah menjadi bagian dari penyebar gosip atau fitnah? Jika ya, segeralah bertaubat dan bertekad untuk memperbaiki diri.
Mari kita jadikan ayat ini sebagai motivasi untuk membiasakan diri berkata baik, memberikan nasihat yang membangun, dan menyebarkan kebaikan di manapun kita berada. Kita juga perlu ingat bahwa setiap ucapan kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Dengan memohon pertolongan-Nya, semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk menjaga lisan dan hati, serta menjadi pribadi yang dirahmati oleh-Nya.