Dalam lautan Al-Qur'an yang luas, terdapat ayat-ayat yang menjadi mercusuar petunjuk, sekaligus pengingat akan konsekuensi perbuatan. Salah satunya adalah Surat An Nisa ayat 119, sebuah ayat yang menegaskan kekuasaan dan kehendak mutlak Allah SWT, serta memberikan peringatan keras terhadap tipu daya setan. Ayat ini bukan sekadar bacaan, melainkan sebuah pelajaran mendalam tentang hakikat penciptaan, kelemahan manusia, dan jalan keselamatan yang ditawarkan oleh Sang Pencipta.
وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الْأَنْعَامِ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا
"Dan pasti akan kusesatkan mereka dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan kusuruh mereka membelah telinga binatang ternak, lalu mereka membelahnya, dan kusuruh mereka mengubah ciptaan Allah, lalu benar-benar akan mereka mengubahnya. Barang siapa menjadikan setan pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia telah menderita kerugian yang nyata."
Ayat ini merekam sebuah kutukan dan ancaman yang dilontarkan oleh iblis (setan) kepada manusia. Iblis, dengan kesombongannya dan kebenciannya terhadap Adam serta keturunannya, berjanji akan melakukan berbagai cara untuk menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan. Ancaman ini tidak hanya bersifat abstrak, namun juga terwujud dalam tindakan nyata yang membahayakan akal dan fitrah manusia.
Pertama, iblis berjanji akan "mengusir mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka". Ini merujuk pada upaya iblis untuk menabur keraguan, ketakutan yang tidak beralasan, serta harapan palsu yang membuat manusia lalai dari tujuan hidupnya yang sebenarnya, yaitu beribadah kepada Allah. Dalam kehidupan modern, hal ini dapat diartikan sebagai godaan untuk terbuai oleh materi, popularitas semu, atau cita-cita yang jauh dari nilai-nilai spiritual.
Kedua, iblis mengancam akan "menyuruh mereka membelah telinga binatang ternak, lalu mereka membelahnya". Tindakan membelah telinga binatang ternak ini merupakan salah satu bentuk penyesatan yang dilakukan oleh kaum jahiliyah di masa lalu. Mereka melakukannya dengan keyakinan tertentu yang tidak memiliki dasar dari Allah, bahkan cenderung melanggar syariat. Perbuatan ini menjadi simbol penyesatan yang merusak akal sehat dan membuang-buang harta benda.
Ketiga, dan yang paling krusial, adalah janji iblis untuk "menyuruh mereka mengubah ciptaan Allah, lalu benar-benar akan mereka mengubahnya". Kalimat ini sangat relevan hingga kini. Mengubah ciptaan Allah bisa mencakup banyak hal: dari mengubah fisik tubuh (yang bukan karena alasan medis atau syar'i yang dibenarkan) hingga mengubah fitrah manusia, nilai-nilai moral, dan bahkan tatanan sosial yang seharusnya berlandaskan pada ajaran Allah. Ketika manusia mengikuti hawa nafsu yang dibisikkan setan dan menyimpang dari kodratnya, ia telah mengkhianati karunia penciptaan yang diberikan oleh Allah.
Puncak dari ayat ini adalah penegasan bahwa "Barang siapa menjadikan setan pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia telah menderita kerugian yang nyata." Frasa "pelindung" atau "wali" di sini menunjukkan hubungan yang erat, kepercayaan, dan ketergantungan. Ketika manusia memilih setan sebagai panutan atau tempat berlindung, ia menempatkan dirinya dalam posisi yang sangat rapuh dan celaka.
Kerugian ini bersifat "nyata" (mubinan), artinya jelas terlihat dan tidak dapat disangkal. Kerugian duniawi bisa berupa kehilangan harta, kehormatan, atau bahkan nyawa akibat mengikuti bisikan setan. Namun, kerugian terbesar adalah kerugian akhirat: terjerumus ke dalam murka Allah, terhalang dari rahmat-Nya, dan terperosok ke dalam neraka jahanam.
Surat An Nisa ayat 119 menjadi pengingat bahwa setiap manusia memiliki dua pilihan: mengikuti petunjuk Allah atau terpedaya oleh tipu daya setan. Allah tidak memaksa, namun memberikan peringatan. Setan pun tidak memiliki kekuasaan kecuali jika manusia memberikannya. Keimanan yang kuat, akal yang sehat, dan pengetahuan tentang ajaran agama adalah benteng pertahanan utama kita melawan godaan setan.
Kita patut merenungi, seberapa sering kita terbawa angan-angan kosong atau godaan yang menjauhkan kita dari Allah? Seberapa jauh kita telah mengubah ciptaan Allah demi mengikuti tren sesaat atau keinginan pribadi yang tidak syar'i? Ayat ini mendorong kita untuk kembali mengkaji diri, memperkuat hubungan dengan Allah, dan menjadikan Al-Qur'an serta Sunnah sebagai panduan hidup utama, bukan bisikan setan yang menjanjikan kesenangan semu namun berujung pada penyesalan abadi. Dengan begitu, kita dapat terhindar dari kerugian yang nyata dan meraih kemenangan hakiki di dunia dan akhirat.