NISA

Surat An Nisa Ayat 151-160: Petunjuk Ilahi untuk Menguatkan Keimanan dan Ketaqwaan

Surat An Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan salah satu surat Madaniyah terpanjang dalam Al-Qur'an. Surat ini banyak membahas hukum-hukum yang berkaitan dengan keluarga, hak-hak wanita, dan berbagai aspek kehidupan sosial kemasyarakatan. Di dalam rentang ayat 151 hingga 160, Allah SWT memberikan petunjuk-petunjuk berharga yang relevan untuk memperkuat keimanan, mengajarkan tentang keesaan Allah, serta mengingatkan tentang konsekuensi dari tindakan manusia. Ayat-ayat ini mengajak kita untuk merenungkan hakikat ketuhanan dan pentingnya memegang teguh ajaran agama.

Ayat 151: Keesaan Allah dan Penolakan Terhadap Syirik

أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا

Mereka itulah orang-orang yang kafir (sejati) dan Kami telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir.

Ayat ini menegaskan secara gamblang mengenai status kekafiran yang sesungguhnya. Kekafiran di sini merujuk pada penolakan terhadap kebenaran Allah dan para rasul-Nya, serta pengingkaran terhadap ajaran-ajaran pokok agama. Allah SWT berfirman bahwa orang-orang yang memiliki sifat tersebut adalah kafir yang sejati, dan sebagai balasan, telah disiapkan azab yang pedih dan menghinakan di akhirat kelak. Penegasan ini berfungsi sebagai peringatan keras bagi siapapun yang meragukan keesaan Allah, menduakan-Nya, atau menolak risalah yang dibawa oleh para nabi.

Ayat 152-153: Ancaman bagi Pelanggar Syariat dan Permohonan Musa

وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَمْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ أُولَٰئِكَ سَيُؤْتِيهِمْ أُجُورَهُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا يَسْأَلُكَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَن تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتَابًا مِّنَ السَّمَاءِ فَقَدْ سَأَلُوا مُوسَىٰ أَكْبَرَ مِن ذَٰلِكَ فَقَالُوا أَرِنَا اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ بِظُلْمِهِمْ ۚ ثُمَّ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ مِن بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ فَعَفَوْنَا عَن ذَٰلِكَ ۚ وَآتَيْنَا مُوسَىٰ سُلْطَانًا مُّبِينًا

Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, mereka itulah yang akan diberikan pahala mereka. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Orang-orang ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) meminta kepadamu (Muhammad) agar engkau menurunkan kitab (Al-Qur'an) dari langit. Sungguh, mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata, “Perlihatkanlah Allah kepada kami secara terang-terangan,” lalu mereka disambar petir karena mereka berbuat zalim. Kemudian mereka menyembah anak sapi setelah (mereka melihat) bukti-bukti yang terang. Lalu Kami memaafkan mereka, dan Kami memberikan kepada Musa keterangan (mukjizat) yang nyata.

Ayat 152 melanjutkan dengan memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dengan sungguh-sungguh kepada Allah dan seluruh rasul-Nya, tanpa membeda-bedakan di antara mereka. Mereka inilah yang akan mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah SWT, karena keimanan mereka yang tulus dan utuh. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap hamba-Nya yang taat.

Kemudian, ayat 153 beralih menceritakan tentang permintaan kaum Yahudi kepada Nabi Muhammad SAW untuk menurunkan kitab dari langit. Permintaan ini dinilai sebagai pengulangan dari sikap mereka yang serupa di zaman Nabi Musa AS. Mereka pernah meminta untuk melihat Allah secara langsung, sebuah permintaan yang sangat berani dan merupakan bentuk kesewenang-wenangan, yang kemudian berujung pada azab berupa sambaran petir. Lebih jauh lagi, setelah mendapatkan bukti-bukti kebesaran Allah, mereka justru menyembah anak sapi. Meskipun demikian, Allah SWT menunjukkan sifat pengampunan-Nya dengan memaafkan mereka atas dosa tersebut, sambil tetap memberikan bukti-bukti kekuasaan-Nya melalui Nabi Musa. Cerita ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya bersyukur atas nikmat dan bukti-bukti yang diberikan Allah, serta menghindari sikap menantang dan kesombongan.

Ayat 154-156: Konsekuensi Perbuatan dan Kekafiran

وَرَفَعْنَا فَوْقَهُمُ الطُّورَ بِمِيثَاقِهِمْ وَقُلْنَا لَهُمُ ادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُلْنَا لَهُمْ لَا تَعْدُوا فِي السَّبْتِ وَأَخَذْنَا مِنْهُم مِّيثَاقًا غَلِيظًا فَبِمَا نَقْضِهِم مِّيثَاقَهُمْ وَكُفْرِهِم بِآيَاتِ اللَّهِ وَقَتْلِهِمُ الْأَنبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَقَوْلِهِمْ قُلُوبُنَا غُلْفٌ ۚ بَلْ طَبَعَ اللَّهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا وَ بِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَىٰ مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيمًا

Dan Kami angkat (gunung) Thur di atas mereka untuk (menguatkan) perjanjian mereka, dan Kami perintahkan kepada mereka, "Masukilah pintu gerbang (negeri Syam) dengan sujud," dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka, "Janganlah kamu melanggar hukum pada hari Sabtu," dan Kami ambil dari mereka perjanjian yang teguh. (Kami hukum mereka) karena mereka melanggar perjanjiannya, dan karena kekafiran mereka terhadap ayat-ayat Allah, dan karena mereka membunuh para nabi tanpa hak (yang benar), dan karena ucapan mereka, “Hati kami tertutup (sudah tidak dapat menerima lagi).” Tetapi Allah telah mengunci hati mereka karena kekafiran mereka, sehingga mereka tidak beriman kecuali hanya sedikit. dan (Kami hukum pula mereka) karena kekafiran mereka, dan karena ucapan mereka terhadap Maryam membuat tuduhan dusta yang besar.

Ayat 154 menjelaskan lebih lanjut mengenai peristiwa kaum Bani Israil. Allah SWT mengangkat Gunung Thur di atas mereka sebagai pengingat dan penguat perjanjian yang telah mereka sepakati. Mereka juga diperintahkan untuk memasuki suatu wilayah dengan penuh kerendahan hati, serta dilarang melanggar aturan pada hari Sabtu. Perjanjian yang berat ini diambil dari mereka sebagai penekanan akan pentingnya ketaatan.

Kemudian, ayat 155 hingga 156 merinci sebab-sebab mengapa mereka dikenai hukuman. Pelanggaran perjanjian, kekafiran terhadap ayat-ayat Allah, pembunuhan para nabi tanpa alasan yang dibenarkan, serta ucapan mereka yang mengklaim bahwa hati mereka sudah tertutup, menjadi alasan utama. Allah menegaskan bahwa hati mereka tertutup bukan karena keterbatasan diri, melainkan karena kekafiran mereka sendiri, sehingga iman sulit untuk masuk ke dalam diri mereka kecuali hanya segelintir orang. Selain itu, kekafiran mereka juga terlihat dari tuduhan dusta yang besar terhadap Maryam, ibu Nabi Isa AS. Kisah-kisah ini menjadi peringatan akan konsekuensi serius dari mengingkari janji Allah dan menolak kebenaran, bahkan hingga menyerang kehormatan orang-orang yang mulia.

Ayat 157-160: Kebenaran Ilahi dan Kedudukan Isa AS

وَ بِقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِن شُبِّهَ لَهُمْ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ ۚ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا بَل رَّفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا وَإِن مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا فَبِظُلْمٍ مِّنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَن سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرًا

dan karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (kejadian itu) menyerupai (dalam pandangan) mereka. Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (pembunuhan) Isa, sebahagian besar dari mereka dalam keraguan terhadapnya. Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, kecuali hanya mengikuti dugaan. Mereka tidak membunuhnya sama sekali. Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab yang tidak akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan pada Hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi terhadap mereka. Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka makanan (yang baik-baik) yang dahulunya dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka membuyarkan (manusia) dari jalan Allah terlalu banyak.

Ayat 157 hingga 159 secara tegas menolak klaim kaum Yahudi mengenai pembunuhan Nabi Isa AS. Allah SWT menyatakan bahwa mereka tidak membunuh dan tidak menyalib Isa, melainkan peristiwa tersebut tampak seperti itu bagi mereka. Kenyataan sebenarnya adalah bahwa Allah SWT telah mengangkat Isa AS ke sisi-Nya. Hal ini menegaskan kebenaran dan kedudukan Nabi Isa AS yang mulia, serta menepis narasi yang salah yang diyakini oleh sebagian kalangan. Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana dalam setiap keputusan-Nya.

Selanjutnya, ayat 159 menyatakan bahwa tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab yang tidak akan beriman kepada Nabi Isa AS sebelum kematiannya, dan pada Hari Kiamat, Isa AS akan menjadi saksi atas mereka. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kebenaran mengenai Isa AS akan terungkap, dan semua akan mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Terakhir, ayat 160 menjelaskan bahwa disebabkan kezaliman yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, Allah mengharamkan bagi mereka makanan-makanan yang sebelumnya dihalalkan bagi mereka. Hal ini juga disebabkan oleh tindakan mereka yang menghalangi banyak orang dari jalan Allah. Ayat-ayat ini secara keseluruhan memberikan pemahaman mendalam tentang keesaan Allah, pentingnya keimanan yang kokoh, serta konsekuensi dari kekafiran dan pelanggaran terhadap ajaran-Nya.

Dengan merenungkan makna dari Surat An Nisa ayat 151-160, kita diharapkan dapat semakin menguatkan keyakinan kita kepada Allah SWT, menjauhi segala bentuk syirik dan kekafiran, serta senantiasa berusaha menjalankan perintah-Nya dengan penuh ketundukan dan keikhlasan. Pelajaran dari ayat-ayat ini menjadi panduan berharga dalam menjalani kehidupan agar senantiasa berada dalam ridha-Nya.

🏠 Homepage