Dalam lautan hikmah yang terbentang luas dalam Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang memiliki kedalaman makna dan relevansi abadi bagi umat manusia. Salah satu di antaranya adalah Surat An-Nisa ayat 49. Ayat ini tidak hanya berbicara tentang anugerah dan potensi, tetapi juga secara tegas mengingatkan tentang bahaya kesombongan dan kecenderungan manusia untuk mengagungkan diri sendiri. Memahami pesan dari ayat ini adalah langkah krusial dalam perjalanan spiritual dan moral setiap Muslim.
"Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang menganggap diri mereka suci? Padahal Allah menyucikan siapa yang Dia kehendaki, dan mereka tidak dianiaya sedikit pun." (QS. An-Nisa: 49)
Surat An-Nisa, yang berarti "Wanita," adalah surat Madaniyah yang secara umum membahas hukum-hukum yang berkaitan dengan keluarga, hak-hak wanita, anak yatim, serta berbagai aspek sosial kemasyarakatan. Ayat 49 turun sebagai peringatan terhadap sikap ujub atau merasa diri paling baik dan suci, sebuah penyakit hati yang dapat menjangkiti siapa saja, bahkan orang yang beribadah sekalipun. Ayat ini datang sebagai penyeimbang bagi potensi kebaikan yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia, mengingatkan bahwa segala kebaikan itu semata-mata berasal dari-Nya, dan penyucian diri yang hakiki hanya dapat diberikan oleh-Nya.
Inti dari ayat ini adalah teguran keras terhadap orang-orang yang merasa bahwa amal ibadah mereka telah menjadikan mereka suci dan layak mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah. Mereka cenderung memandang rendah orang lain, merasa diri lebih mulia, dan bahkan menisbatkan kesucian diri mereka kepada usaha sendiri, bukan karunia dari Allah. Sikap ini adalah manifestasi dari kesombongan dan ketidaktahuan akan hakikat kebesaran Allah serta rahmat-Nya yang tak terbatas.
Ayat ini menekankan dua poin krusial:
Perasaan mengagungkan diri sendiri (ujub) adalah salah satu penyakit hati yang paling berbahaya. Ia dapat merusak amal ibadah yang telah dikerjakan, mengikis ketulusan, dan menjauhkan seseorang dari kerendahan hati. Orang yang ujub cenderung tidak mau belajar dari kesalahan, enggan menerima nasihat, dan seringkali menjadi sumber fitnah serta perpecahan. Mereka melihat amal perbuatannya sebagai bukti keunggulannya, lupa bahwa semua itu adalah titipan dan ujian dari Allah.
Ketika seseorang merasa dirinya suci, ia membuka pintu bagi berbagai bentuk keburukan moral, seperti meremehkan orang lain, menyombongkan diri, dan merasa paling benar. Padahal, dalam pandangan Allah, orang yang paling mulia adalah mereka yang paling bertakwa dan paling rendah hati. Kesadaran akan keterbatasan diri dan senantiasa berharap kepada rahmat Allah adalah kunci untuk terhindar dari jebakan ujub ini.
Surat An-Nisa ayat 49 memberikan pelajaran berharga bagi kita untuk senantiasa menjaga hati dari penyakit ujub. Beberapa implementasi praktis yang dapat kita ambil antara lain:
Memahami dan meresapi Surat An-Nisa ayat 49 adalah pengingat abadi bahwa kesuksesan sejati di dunia dan akhirat bukanlah berdasarkan penilaian manusia, melainkan sepenuhnya berada dalam genggaman dan kehendak Allah SWT. Dengan kerendahan hati dan senantiasa bergantung pada-Nya, kita dapat terhindar dari kesombongan dan meraih kesucian yang hakiki di sisi-Nya.