Ilustrasi konseptual 'angka' dalam gaya arabesque.
Ketika kita berbicara tentang "tulisan Arab angka", seringkali yang terlintas di benak adalah sistem angka yang kita gunakan sehari-hari: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Namun, istilah ini sebenarnya dapat menimbulkan sedikit kebingungan karena ada dua sistem angka utama yang secara historis terkait dengan dunia Arab dan Islam: sistem angka Hindu-Arabik (yang kita gunakan sekarang) dan sistem angka Abjad Arab (atau Hisab al-Jummal). Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai kedua konsep ini, fokus pada bagaimana angka-angka tersebut ditulis dan digunakan dalam konteks kebudayaan Arab.
Sistem angka yang paling dikenal di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, adalah sistem angka Hindu-Arabik. Sistem ini terdiri dari sepuluh digit: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Keistimewaan utama dari sistem ini adalah penggunaan nilai tempat (posisional) dan adanya angka nol. Konsep ini merevolusi cara perhitungan dilakukan, membuatnya jauh lebih efisien dan memungkinkan perkembangan matematika lebih lanjut.
Asal muasal sistem ini berasal dari India kuno, di mana matematikawan India mengembangkan konsep angka nol dan sistem desimal. Pengetahuan ini kemudian menyebar ke dunia Arab melalui perdagangan dan studi ilmiah. Para ilmuwan Muslim, seperti Al-Khwarizmi, memainkan peran krusial dalam menerjemahkan dan menyebarkan karya-karya matematika India ke dunia Barat. Melalui terjemahan dari bahasa Arab inilah, sistem angka ini akhirnya dikenal dan diadopsi oleh Eropa, dan kemudian menjadi standar global.
Di negara-negara berbahasa Arab saat ini, sistem angka Hindu-Arabik yang familiar bagi kita itulah yang digunakan secara luas. Ketika seseorang di Mesir, Arab Saudi, atau Maroko menulis angka, mereka menggunakan simbol yang sama persis dengan yang kita gunakan. Misalnya, ketika membicarakan tahun Hijriah, kita menulisnya sebagai 1445 H, yang merupakan representasi Hindu-Arabik.
Di sisi lain, ada sistem "tulisan Arab angka" yang lebih spesifik dan historis, yaitu Hisab al-Jummal atau sistem angka Abjad Arab. Sistem ini tidak menggunakan digit numerik seperti 1, 2, 3, melainkan menggunakan huruf-huruf dalam alfabet Arab untuk mewakili nilai-nilai numerik. Setiap huruf memiliki nilai numerik tertentu, dan nilai sebuah kata atau frasa dihitung dengan menjumlahkan nilai huruf-huruf penyusunnya.
Hisab al-Jummal memiliki sejarah panjang dan digunakan dalam berbagai konteks, termasuk:
Contoh klasik dari penggunaan Hisab al-Jummal adalah ketika menandai tanggal pembangunan sebuah masjid atau kutipan dari sebuah kitab. Alih-alih menulis tahun dalam bentuk angka Hindu-Arabik, tahun tersebut akan ditulis sebagai sebuah kata atau frasa yang nilainya jika dijumlahkan menghasilkan tahun yang dimaksud. Ini memberikan dimensi seni dan misteri tersendiri pada tulisan.
Sebagai contoh sederhana, jika kita mengasumsikan sistem Abjad Arab:
Penting untuk memahami konteks ketika mendengar frasa "tulisan Arab angka". Jika konteksnya adalah matematika modern, perhitungan sehari-hari, sains, atau berita umum, maka yang dimaksud hampir pasti adalah sistem angka Hindu-Arabik (0-9). Namun, jika konteksnya adalah literatur klasik, sejarah, arsitektur Islam kuno, atau diskusi mengenai esoterisme, maka ada kemungkinan yang dimaksud adalah sistem Hisab al-Jummal yang menggunakan huruf Abjad Arab.
Perkembangan teknologi dan globalisasi telah memperkuat dominasi sistem angka Hindu-Arabik. Namun, Hisab al-Jummal tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya dan intelektual dunia Arab-Islam. Kemampuannya untuk mengintegrasikan angka ke dalam teks secara artistik dan simbolis memberikan nilai tambah yang tidak dimiliki oleh sistem numerik murni.
Memahami kedua sistem ini memungkinkan apresiasi yang lebih mendalam terhadap kekayaan linguistik dan matematis peradaban Arab. Meskipun sistem Hindu-Arabik adalah alat komunikasi universal kita saat ini, penjelajahan ke dalam Hisab al-Jummal membuka jendela ke cara berpikir dan berekspresi yang berbeda, di mana angka dan kata terjalin erat.
Perbandingan konseptual: angka Hindu-Arabik vs. representasi huruf (J).
Intinya, ketika kita membahas "tulisan Arab angka", kita merujuk pada dua fenomena yang berbeda namun sama-sama menarik. Yang pertama adalah adopsi universal dari sistem angka Hindu-Arabik yang kita kenal. Yang kedua adalah sistem Abjad Arab yang unik, Hisab al-Jummal, yang tetap hidup dalam tradisi dan aplikasi khusus. Keduanya berkontribusi pada cara dunia Arab merekam dan mengomunikasikan kuantitas, masing-masing dengan sejarah dan fungsinya sendiri.