Simbol visual yang menggambarkan inti pesan An Nisa ayat 89.
Dalam lautan Al-Qur'an yang luas, setiap ayat memiliki kedalaman dan kekayaan makna tersendiri. Salah satu ayat yang seringkali menarik perhatian dan menjadi sumber renungan adalah Surah An Nisa ayat 89. Ayat ini tidak hanya membicarakan tentang keimanan dan keragu-raguan, tetapi juga memberikan panduan yang sangat relevan bagi umat Muslim dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan, terutama dalam hal menjaga kesatuan dan keamanan.
Secara historis, Surah An Nisa ayat 89 turun pada masa-masa genting dalam perkembangan Islam, di mana kaum Muslimin di Madinah menghadapi berbagai ancaman dari dalam maupun luar. Ada pihak-pihak yang memiliki niat buruk dan berusaha merusak tatanan masyarakat Islam dari dalam, sementara musuh-musuh dari luar juga terus mengintai. Dalam konteks inilah, Allah SWT menurunkan ayat ini sebagai peringatan sekaligus petunjuk. Ayat ini secara spesifik berbicara mengenai orang-orang munafik dan orang-orang yang ragu-ragu dalam keimanan mereka.
Ayat 89 dari Surah An Nisa berbunyi:
"Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka)."
Dan ayat ini dilanjutkan dengan perintah tegas:
"Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka pelindung-pelindung (yang setia), sampai mereka berhijrah di jalan Allah. Jika mereka berpaling, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemukannya, dan janganlah kamu ambil seorang pun dari mereka menjadi teman pelindung dan penolong."
Makna tersurat dari ayat ini adalah peringatan keras terhadap kaum munafik dan orang-orang yang ragu-ragu. Mereka memiliki keinginan agar kaum Muslimin juga terjerumus dalam kekufuran seperti mereka. Keinginan ini timbul dari rasa iri dan ketakutan mereka terhadap kekuatan dan persatuan umat Islam. Oleh karena itu, Allah memerintahkan agar kaum Muslimin tidak menjadikan mereka sebagai pelindung atau teman setia, terutama sampai mereka menunjukkan bukti kesetiaan yang nyata dengan berhijrah di jalan Allah.
Meskipun ayat ini turun dalam konteks sejarah tertentu, relevansinya tidak pernah lekang oleh waktu. Dalam kehidupan modern, "musuh" tidak selalu hadir dalam bentuk fisik yang mengancam peperangan. Musuh juga bisa hadir dalam bentuk ideologi yang merusak, godaan duniawi yang menjauhkan dari nilai-nilai agama, atau pengaruh negatif dari media sosial yang mengikis akidah.
Ayat An Nisa 89 mengajarkan kita untuk waspada terhadap pengaruh-pengaruh yang dapat menggoyahkan keimanan. Ini mencakup:
Perintah untuk tidak menjadikan mereka pelindung, hingga mereka berhijrah di jalan Allah, menggarisbawahi pentingnya kesatuan dan kemurnian dalam barisan umat. Dalam konteks yang lebih luas, ini berarti kita harus membangun masyarakat yang kuat, solid, dan memiliki visi yang sama dalam menegakkan kebenaran. Tindakan tegas yang disebutkan dalam ayat, yaitu "menawan dan membunuh," bukanlah sekadar perintah perang, melainkan simbol dari ketegasan dalam menjaga prinsip dan tidak mentolerir pengkhianatan yang dapat merusak sendi-sendi masyarakat. Tentu saja, dalam penerapannya di masa kini, hal ini harus disikapi dengan kearifan para ulama dan pemimpin yang memahami konteks dan hukum Islam secara utuh, dengan tetap menjaga prinsip keadilan dan kemanusiaan.
Lebih jauh, ayat ini mengingatkan bahwa keselamatan dan keamanan sejati hanya dapat dicapai ketika kita berpegang teguh pada ajaran Allah dan berjuang di jalan-Nya. Orang-orang yang berpaling dari jalan Allah, meskipun terlihat dekat, sejatinya adalah ancaman. Oleh karena itu, diperlukan sikap yang jernih dan tegas dalam membedakan antara kawan sejati dalam perjuangan kebaikan dan pihak yang berpotensi merusak.
Surah An Nisa ayat 89 memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga keimanan, waspada terhadap pengaruh negatif, dan menjaga kesatuan umat. Ayat ini mengajak kita untuk senantiasa memurnikan hati, memperkuat keyakinan, dan berjuang di jalan kebenaran. Dengan memahami makna mendalam dari ayat ini, kita dapat menavigasi kehidupan modern yang penuh tantangan dengan lebih bijaksana, mengarahkan langkah kita pada keselamatan dunia dan akhirat, serta berkontribusi dalam membangun tatanan masyarakat yang lebih baik. Ingatlah selalu, "janganlah kamu ambil seorang pun dari mereka menjadi teman pelindung dan penolong," jika mereka berpaling dari kebenaran.