Surah An-Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan salah satu surah Madaniyah yang kaya akan ajaran Islam. Di antara ayat-ayatnya yang mendalam, rentang ayat 170 hingga 180 memberikan penekanan kuat pada pilar-pilar keimanan dan perilaku seorang Muslim. Ayat-ayat ini bukan hanya sekadar bacaan, melainkan panduan hidup yang mengarahkan umat manusia menuju pemahaman yang benar tentang Allah, keadilan, dan jalan yang lurus. Dengan memahami makna tersirat dan tersurat dari ayat-ayat ini, kita dapat memperkaya perspektif spiritual dan etika kita.
Ayat-ayat awal dalam rentang ini, seperti An-Nisa ayat 170-171, secara tegas menegaskan kembali prinsip fundamental Islam, yaitu ketauhidan. Allah SWT berfirman bahwa Dia Maha Esa, dan tidak ada Tuhan selain Dia. Pesan ini sangat penting untuk memperkuat keyakinan umat Muslim terhadap keesaan Allah, menolak segala bentuk syirik atau penyekutuan terhadap-Nya. Dalam konteks ayat tersebut, ditekankan pula bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, namun mengampuni dosa lain bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Ini adalah peringatan keras agar setiap individu benar-benar memurnikan akidah dan tidak menyimpang dari jalan tauhid yang lurus.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (An-Nisa: 170) Hai manusia, sesungguhnya telah datang rasul kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, maka sesungguhnya milik Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Ayat 171 kemudian melanjutkan penegasan ini dengan melarang umat Kristiani untuk bersikap ghuluw (berlebihan) dalam urusan agama, khususnya terkait keilahian Isa Al-Masih. Allah mengingatkan agar tidak mengatakan "tiga" (konsep Trinitas) dan berhenti dari perkataan tersebut, karena hal itu lebih baik bagi mereka. Kepatuhan terhadap perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya adalah kunci keselamatan dunia dan akhirat. Keadilan Allah tercermin dalam sistem pahala dan siksa-Nya yang sesuai dengan amal perbuatan.
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا (An-Nisa: 171) Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) firman-Nya yang disampaikan kepada Maryam, dan (pula dengan) ruh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Janganlah kamu mengatakan (Tuhan itu) tiga, berhentilah (dari ucapan itu). Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci dari mempunyai anak, segala apa yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan kepunyaan-Nya. Dan cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
Ayat An-Nisa ayat 174-175 secara eksplisit menegaskan kenabian Nabi Muhammad SAW. Allah telah menurunkan bukti yang nyata (Al-Qur'an) dan cahaya yang terang (syariat) kepada beliau. Ini merupakan anugerah besar bagi umat manusia yang diajak untuk beriman kepada Allah dan berpegang teguh pada ajaran yang dibawa oleh Rasulullah. Ayat ini juga menjadi bantahan terhadap keraguan atau penolakan terhadap kerasulan Nabi Muhammad.
Selanjutnya, ayat An-Nisa ayat 175 menggarisbawahi konsekuensi iman dan amal saleh. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh pada tali agama-Nya akan dimasukkan ke dalam rahmat dan karunia-Nya, serta ditunjukkan kepada jalan yang lurus. Ini adalah janji ilahi yang memberikan harapan dan motivasi bagi setiap Muslim untuk terus berjuang di jalan kebenaran.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا (An-Nisa: 174) Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (yaitu Al Quran), dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (An-Nisa: 175) Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama) -Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan menganugerahi mereka (untuk dapat) menempuh jalan kepada-Nya dengan lurus.
Salah satu pesan yang sangat penting datang dari An-Nisa ayat 176. Ayat ini membahas tentang hukum waris dalam kasus seseorang yang tidak meninggalkan keturunan dan orang tua. Ayat ini memberikan kepastian hukum dan keadilan dalam pembagian harta warisan, serta menegaskan bahwa hukum warisan yang telah ditetapkan Allah adalah sebuah kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat.
Lebih jauh, ayat ini juga menyentuh konsep kematian hakiki. Ketika seseorang meninggal, ia kembali kepada Allah, Sang Pencipta segala sesuatu. Ayat ini menekankan bahwa kebangkitan dan perhitungan amal di akhirat adalah suatu keniscayaan. Tidak ada gunanya mencari alasan atau menyembunyikan perbuatan, karena Allah Maha Mengetahui segalanya.
يَسْتَفْتُونَكَ قُلِ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلَالَةِ إِنِ امْرُؤٌ هَلَكَ لَيْسَ لَهُ وَلَدٌ وَلَهُ أُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَ وَهُوَ يَرِثُهَا إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهَا وَلَدٌ وَإِنْ كَانُوا إِخْوَةً رِجَالًا وَنِسَاءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ أَنْ تَضِلُّوا وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (An-Nisa: 176) Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu) jika seorang meninggal dunia, dan tidak mempunyai anak, sedang ia mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudara perempuan itu separo harta dari yang ditinggalkannya, dan saudaralah yang mewarisi jika saudara perempuan tidak mempunyai anak. (Jika yang meninggal itu adalah seorang perempuan dan tidak mempunyai anak, sedangkan ia mempunyai saudara laki-laki, maka bagi saudara laki-laki itu separo dari harta saudaranya perempuan). Dan jika saudara perempuan itu ahli warisnya, maka bagian saudara laki-laki adalah separo bagian saudara perempuan. Dan adalah keduanya, baik laki-laki maupun perempuan yang menjadi ahli waris, mendapat bagiannya masing-masing menurut apa yang telah difirmankan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Ayat An-Nisa ayat 177-180 mengakhiri rentang ini dengan ringkasan ajaran moral dan spiritual yang sangat penting. Ayat 177 menekankan pentingnya menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan berbuat baik kepada kedua orang tua serta kerabat. Ini adalah instruksi konkret untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Melupakan Allah, mengabaikan ibadah, dan tidak berbuat baik adalah ciri orang-orang yang sesat.
Ayat An-Nisa ayat 178-179 menguraikan prinsip keadilan dalam hukum pidana dan sipil, termasuk hukuman bagi pembunuh. Ditekankan bahwa keadilan harus ditegakkan tanpa memandang status sosial. Dalam hal ini, Islam memberikan keringanan kepada wali korban untuk memaafkan pelaku. Ketaqwaan kepada Allah dan keadilan adalah pondasi masyarakat yang harmonis.
Ayat terakhir, An-Nisa ayat 180, menegaskan bahwa Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Segala doa, permohonan, dan niat baik akan didengar dan diperhitungkan oleh-Nya. Ini memberikan jaminan bahwa usaha untuk berbuat kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah tidak akan sia-sia.
Rentang ayat An-Nisa 170-180 adalah sebuah kompendium ajaran Islam yang mencakup aspek akidah, syariat, dan akhlak. Dari penegasan ketauhidan yang murni, pengakuan atas kenabian Muhammad SAW, hingga panduan konkret dalam kehidupan sehari-hari dan sistem keadilan, ayat-ayat ini membimbing umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Memahami dan mengamalkan pesan-pesan ini adalah langkah esensial bagi setiap Muslim dalam perjalanannya menuju keridhaan Allah SWT.