Surah An-Nisa, ayat 60 hingga 70, merupakan bagian penting dari Al-Qur'an yang menggali lebih dalam tentang prinsip-prinsip fundamental dalam ajaran Islam, terutama berkaitan dengan keadilan, kepemimpinan, serta bagaimana seorang Muslim seharusnya menyikapi hukum dan otoritas yang ada. Ayat-ayat ini tidak hanya memberikan panduan bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat dalam membangun tatanan yang adil dan harmonis.
Ayat 60 dari Surah An-Nisa memulai dengan seruan tegas kepada kaum beriman untuk tidak mengikuti tuntunan orang-orang yang mengaku beriman tetapi pada hakikatnya berpaling dari apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan kepada nabi-nabi sebelumnya. Allah berfirman:
Ayat ini menekankan pentingnya konsistensi dalam keimanan. Pengakuan beriman tidak cukup jika dalam praktiknya masih mencari penyelesaian masalah di luar ketentuan Allah, yaitu kepada 'thagut' – segala sesuatu yang disembah selain Allah, atau segala sesuatu yang dijadikan rujukan hukum yang menyimpang dari ajaran-Nya. Ini adalah peringatan keras agar umat Islam selalu berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah, baik dalam urusan pribadi maupun publik.
Selanjutnya, ayat-ayat berikutnya menekankan pentingnya keadilan, kejujuran, dan keteguhan hati dalam menjalankan amanah, terutama dalam persaksian dan peradilan. Ayat 135 dari Surah An-Nisa (meskipun ini sedikit di luar rentang 60-70, namun sering dikaitkan dengan semangat keadilan dalam surat ini, dan mari kita fokus pada ayat 60-70 untuk memenuhi permintaan Anda. Kita kembali ke ayat yang relevan di dalam rentang yang diminta).
Ayat 61-62 dan seterusnya dalam Surah An-Nisa memberikan arahan tentang bagaimana seharusnya bersikap terhadap orang-orang munafik dan ketika mereka diajak untuk berhukum pada apa yang diturunkan Allah. Ayat-ayat ini menggarisbawahi bahwa orang-orang yang benar-benar beriman akan tunduk pada hukum Allah dan tidak akan mencari jalan lain.
Ayat ini menjelaskan perilaku orang munafik yang enggan untuk merujuk kepada hukum Allah dan Rasul-Nya. Mereka lebih suka mengambil keputusan berdasarkan hawa nafsu atau aturan yang bertentangan. Ini adalah cerminan dari keengganan untuk tunduk sepenuhnya kepada otoritas Ilahi.
Di sisi lain, ayat-ayat ini juga memberikan kabar gembira bagi mereka yang konsisten dalam ketundukannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Ayat 69 dari Surah An-Nisa menjanjikan pahala yang besar, yaitu surga, bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ayat ini sangat menggugah semangat. Ketaatan kepada Allah dan Rasul bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga jalan menuju kedekatan dengan pribadi-pribadi terbaik dalam sejarah keimanan. Kebersamaan ini adalah anugerah terbesar, sebuah jaminan kebahagiaan abadi di akhirat.
Secara keseluruhan, Surah An-Nisa ayat 60-70 mengajak umat Islam untuk senantiasa melakukan evaluasi diri. Apakah dalam kehidupan sehari-hari, kita benar-benar menjadikan hukum Allah sebagai rujukan utama? Ataukah masih ada kecenderungan untuk mengikuti hawa nafsu, pandangan manusia yang keliru, atau bahkan terpengaruh oleh tipu daya setan? Ayat-ayat ini menjadi pengingat bahwa keimanan sejati diukur dari ketaatan dan kepatuhan pada perintah Allah, bukan sekadar pengakuan lisan.
Memahami dan merenungkan ayat-ayat ini adalah langkah awal untuk memperkuat pondasi spiritual dan moral. Hal ini penting agar setiap Muslim dapat menjadi agen perubahan yang positif di tengah masyarakat, serta meraih ridha Allah Subhanahu wa ta'ala.