Istilah "angin duduk" sering digunakan dalam percakapan sehari-hari di Indonesia untuk merujuk pada kondisi medis yang lebih dikenal sebagai angina pektoris. Kondisi ini bukan sekadar masuk angin biasa, melainkan sebuah sinyal peringatan penting dari jantung. Angin duduk terjadi ketika otot jantung tidak mendapatkan suplai darah kaya oksigen yang cukup. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh penyempitan pada arteri koroner akibat penumpukan plak (aterosklerosis).
Mengenali gejala angin duduk sangat krusial karena penanganan cepat dapat mencegah komplikasi serius, termasuk serangan jantung (infark miokard). Meskipun gejalanya bervariasi antar individu, ada pola umum yang perlu diwaspadai.
Apa Itu Angin Duduk (Angina Pectoris)?
Angina adalah rasa nyeri atau ketidaknyamanan yang dirasakan di dada. Rasa sakit ini muncul karena kebutuhan oksigen otot jantung melebihi pasokan darah yang tersedia saat jantung bekerja lebih keras, misalnya saat berolahraga atau stres emosional. Ketika aktivitas mereda, suplai darah kembali normal, dan rasa nyeri pun hilang. Namun, jika nyeri menetap atau semakin parah, ini bisa menandakan masalah yang lebih serius.
Gejala Utama Angin Duduk yang Harus Diwaspadai
Gejala angin duduk seringkali disalahartikan sebagai sakit maag atau masalah lambung. Namun, ada perbedaan mendasar dalam karakteristik rasa nyerinya. Berikut adalah gejala-gejala yang paling umum:
1. Rasa Nyeri atau Tekanan di Dada
Ini adalah gejala paling khas. Rasa nyeri sering digambarkan sebagai:
- Tertekan kuat, seperti ada beban berat di dada.
- Diremas atau sesak.
- Terbakar atau rasa tidak nyaman yang samar.
Rasa tidak nyaman ini biasanya berpusat di tengah dada atau sedikit ke kiri. Durasi nyeri akibat angin duduk stabil biasanya berlangsung singkat, antara 1 hingga 5 menit, dan mereda saat beristirahat.
2. Penjalaran Nyeri
Rasa sakit yang dimulai di dada seringkali menjalar ke bagian tubuh lain. Area yang paling sering merasakan penjalaran meliputi:
- Lengan (terutama lengan kiri).
- Leher dan rahang.
- Punggung atas.
- Perut bagian atas (epigastrium).
3. Gejala Penyerta Lainnya
Selain nyeri utama, penderita angin duduk juga mungkin mengalami gejala penyerta berikut:
- Sesak napas atau kesulitan bernapas.
- Keringat dingin yang tiba-tiba.
- Mual atau muntah ringan.
- Pusing atau sensasi ingin pingsan.
- Kelelahan yang tidak biasa.
Jenis-Jenis Angin Duduk
Angin duduk terbagi menjadi beberapa tipe berdasarkan pemicunya, dan masing-masing memiliki pola gejala yang berbeda:
Angina Stabil
Ini adalah bentuk yang paling umum. Gejala muncul secara teratur, dipicu oleh aktivitas fisik atau stres, dan biasanya hilang dengan istirahat atau obat nitrogliserin.
Angina Tidak Stabil (Unstable Angina)
Ini adalah kondisi yang jauh lebih berbahaya dan dianggap sebagai keadaan darurat medis. Gejalanya tidak terduga, bisa muncul saat istirahat, lebih parah, berlangsung lebih lama, dan tidak responsif terhadap istirahat biasa. Angina tidak stabil seringkali merupakan pertanda bahwa serangan jantung akan segera terjadi.
Angina Prinzmetal (Variant Angina)
Jenis ini jarang terjadi dan disebabkan oleh kejang sementara pada otot arteri koroner, bukan karena penyumbatan permanen. Nyeri biasanya terjadi saat istirahat, seringkali di malam hari atau dini hari.
Faktor Risiko dan Pencegahan
Memahami faktor risiko membantu dalam pencegahan dini. Faktor risiko utama penyakit jantung koroner yang menyebabkan angin duduk meliputi:
- Riwayat merokok.
- Tekanan darah tinggi (hipertensi).
- Kolesterol tinggi.
- Diabetes melitus.
- Obesitas dan kurangnya aktivitas fisik.
- Stres kronis dan riwayat keluarga dengan penyakit jantung.
Mengelola faktor-faktor risiko ini melalui pola hidup sehat—mengadopsi diet seimbang, rutin berolahraga ringan (setelah konsultasi dokter), berhenti merokok, dan mengontrol kondisi medis kronis—adalah kunci utama untuk mengurangi frekuensi dan keparahan gejala angin duduk.
Pada akhirnya, angin duduk harus selalu dianggap serius. Meskipun seringkali gejalanya terlihat ringan, ia adalah manifestasi dari penyakit arteri koroner yang mendasarinya. Konsultasi rutin dengan dokter spesialis jantung sangat dianjurkan bagi siapa pun yang mengalami gejala yang dicurigai sebagai angin duduk.