Nabi Musa bin Imran (atau Musa a.s.) adalah salah satu dari lima Nabi Ulul Azmi, yaitu mereka yang memiliki ketabahan luar biasa dalam berdakwah. Kisah hidupnya adalah salah satu yang paling sering diceritakan dalam Al-Qur'an, meliputi masa kecilnya di istana Firaun, pengasingannya, kenabiannya, perjuangannya melawan tirani, hingga peristiwa penyeberangan Laut Merah.
Salah satu pertanyaan yang sering muncul di kalangan penuntut ilmu adalah: Berapa jumlah ayat Al-Qur'an yang secara spesifik menyebut nama Nabi Musa (atau merujuk kepadanya)? Menentukan angka pasti memerlukan ketelitian dalam metodologi penghitungan, karena beberapa ayat mungkin merujuk secara implisit melalui konteks kisah-kisahnya, namun umumnya disepakati bahwa nama beliau disebut dalam jumlah yang sangat signifikan.
Secara umum, para ulama dan peneliti tafsir sepakat bahwa nama "Musa" (atau variasinya yang merujuk kepadanya) disebut dalam Al-Qur'an sebanyak lebih dari 130 kali. Angka ini menjadikannya nabi yang paling sering disebut dalam Kitab Suci umat Islam, melebihi nabi-nabi lainnya.
Popularitas dan frekuensi penyebutan kisah Nabi Musa dalam Al-Qur'an memiliki tujuan teologis yang mendalam. Penyebutan yang berulang ini berfungsi sebagai penguatan pesan-pesan kunci kepada umat Islam, terutama kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya pada masa awal Islam.
Banyak surah utama Al-Qur'an yang memuat kisah Musa secara rinci, antara lain Surah Al-Baqarah, Al-A'raf, Yunus, Thaha, dan Asy-Syu'ara. Misalnya, dalam Surah Thaha, ayat-ayat yang mendeskripsikan dialog antara Musa dan Firaun sangat dramatis dan detail.
Beberapa peristiwa kunci dari kisah Musa yang selalu ditekankan dalam Al-Qur'an meliputi:
1. Kelahiran dan Penyelamatan: Perintah Firaun untuk membunuh bayi laki-laki Bani Israil dan bagaimana Musa diselamatkan dengan dihanyutkan di sungai hingga ditemukan oleh istri Firaun. Ini menunjukkan perlindungan Allah yang ajaib.
2. Pertemuan di Lembah Thuwa: Di mana Musa menerima wahyu pertama dan diperintahkan untuk kembali menghadapi Firaun. Peristiwa ini mencakup pemberian mukjizat tongkat yang berubah menjadi ular dan tangan yang bersinar putih.
3. Dialog dengan Firaun: Perdebatan antara kebenaran ilahi yang dibawa Musa melawan kesombongan Firaun yang mengaku sebagai Tuhan tertinggi.
4. Perjalanan dan Laut Merah: Puncak ketegangan ketika Firaun mengejar Bani Israil. Perintah Allah kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut, membelah air menjadi jalan kering. Ayat-ayat yang mendeskripsikan momen ini sangatlah kuat dalam menggambarkan kebesaran Allah.
Meskipun jumlah ayatnya melebihi seratus, fokus utama Al-Qur'an bukanlah sekadar menghitung frekuensi, melainkan mengambil pelajaran dari setiap tahapan hidup Nabi Musa. Setiap penyebutan ulang berfungsi sebagai penegasan bahwa jalan dakwah yang benar pasti akan menghadapi ujian berat, namun pertolongan Allah selalu datang kepada mereka yang bersabar dan teguh memegang risalah-Nya. Kisah Musa adalah lambang perjuangan melawan kezaliman yang terstruktur dan abadi.