Dendrobium, salah satu genus anggrek terbesar di dunia, menyimpan kekayaan variasi yang luar biasa. Di antara ratusan spesiesnya, terdapat satu nama yang menarik perhatian para kolektor karena morfologi bunganya yang sangat khas: Dendrobium capra. Nama 'capra' sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti 'kambing', merujuk pada bentuk atau tekstur tertentu pada bunganya yang unik dan kadang menyerupai janggut atau tanduk kambing.
Spesies ini bukanlah jenis anggrek hibrida yang sering kita jumpai di pasar komersial. Ia adalah anggrek alam liar (wild orchid) yang keindahan primernya terletak pada orisinalitas dan adaptasinya terhadap lingkungan tropis lembap. Mengenal Dendrobium capra lebih dalam memberikan kita perspektif baru tentang keragaman hayati yang patut dilestarikan.
Secara umum, Dendrobium capra dapat ditemukan di hutan-hutan pegunungan di kawasan Asia Tenggara, meskipun spesifikasi wilayah persebarannya bisa berbeda antar subspesies. Anggrek ini tergolong sebagai anggrek epifit, yang berarti mereka tumbuh menempel pada batang pohon lain tanpa mengambil nutrisi dari inangnya. Mereka membutuhkan sirkulasi udara yang sangat baik dan kelembapan tinggi, khas lingkungan kanopi hutan hujan. Cahaya yang mereka terima cenderung teduh dan terfilter, bukan sinar matahari langsung yang terik.
Karakteristik lingkungan ini sangat penting bagi siapa pun yang ingin membudidayakannya. Meniru kondisi alami, seperti menggunakan media tanam yang sangat porous (misalnya potongan pakis, kulit kayu pinus kasar, atau batu apung) dan memastikan tidak ada genangan air di sekitar akar, adalah kunci keberhasilan.
Daya tarik utama Dendrobium capra terletak pada bunganya. Meskipun ukurannya tidak sebesar beberapa hibrida modern, bentuknya sangat ikonik. Kelopak dan mahkotanya seringkali ramping dan memanjang, terkadang sedikit meliuk atau terpilin. Namun, bagian yang paling mencolok adalah labellum (lidah bunga). Labellum pada Dendrobium capra seringkali memiliki tekstur unik, mungkin berumbai, berbulu halus, atau memiliki lipatan yang menyerupai janggut tipis, yang menguatkan julukan "kambing"-nya.
Warna bunganya bervariasi, namun umumnya didominasi oleh nuansa kuning pucat, krem, atau putih kehijauan, seringkali dengan aksen atau corak oranye/cokelat di bagian tengah atau labellumnya. Periode pembungaan biasanya terjadi pada waktu tertentu dalam setahun, seringkali setelah musim hujan reda, menandakan siklus hidup alaminya yang teratur.
Membudidayakan Dendrobium capra membutuhkan kesabaran dan pemahaman terhadap kebutuhan spesifiknya. Berikut adalah beberapa poin penting dalam perawatannya:
Perbedaan dengan anggrek komersial adalah Dendrobium capra seringkali lebih lambat pertumbuhannya. Kolektor sejati menghargai proses ini, melihat setiap pertumbuhan baru sebagai pencapaian. Keberhasilan menumbuhkan spesies liar ini bukan hanya tentang mendapatkan bunga, tetapi juga tentang memahami dan menghormati kebutuhan ekologisnya.
Meskipun mungkin tidak semencolok hibrida modern yang penuh warna, Dendrobium capra menawarkan keindahan yang lebih subtil dan ilmiah. Keunikan morfologi bunganya menjadikannya spesimen berharga yang mengingatkan kita bahwa di alam liar, evolusi seringkali menciptakan bentuk-bentuk paling ajaib dan tak terduga.