Bulan Ramadhan adalah momen yang paling dinanti oleh umat Muslim di seluruh dunia. Bulan kesembilan dalam kalender Hijriah ini identik dengan ibadah puasa, tadarus Al-Qur'an, shalat malam, dan berbagai amalan kebaikan lainnya yang dilipatgandakan pahalanya. Semakin dekatnya bulan suci ini, umat Islam mulai mempersiapkan diri baik secara lahir maupun batin. Salah satu cara untuk menyambutnya adalah dengan mengetahui kapan tepatnya bulan Ramadhan akan tiba. Dalam penentuan awal Ramadhan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) seringkali merujuk pada panduan dan metode hisab serta rukyatul hilal yang juga menjadi acuan Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU).
Nahdlatul Ulama (NU), sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki peran penting dalam penentuan kalender hijriah, termasuk penentuan awal Ramadhan. LFNU secara konsisten melakukan perhitungan astronomis (hisab) dan pemantauan hilal (rukyatul hilal) sesuai dengan kaidah-kaidah syariat. Metode ini dilakukan untuk menentukan dimulainya awal bulan Qamariyah, termasuk bulan Sya'ban yang mendahului Ramadhan, dan bulan Ramadhan itu sendiri.
Metode hisab yang digunakan oleh LFNU didasarkan pada perhitungan matematis pergerakan benda-benda langit, khususnya bulan dan matahari. Tujuannya adalah untuk memprediksi posisi hilal (bulan sabit muda) setelah matahari terbenam pada akhir bulan Sya'ban. Sementara itu, rukyatul hilal adalah metode pengamatan hilal secara langsung menggunakan mata atau alat bantu. Kedua metode ini saling melengkapi untuk memastikan ketepatan awal Ramadhan.
Meskipun ada perkembangan teknologi yang semakin canggih, metode rukyatul hilal tetap menjadi instrumen penting yang dilestarikan oleh NU. Hal ini sejalan dengan tradisi Islam yang telah berjalan sejak lama. Dengan adanya tim rukyatul hilal yang tersebar di berbagai titik pemantauan di seluruh Indonesia, diharapkan penentuan awal Ramadhan dapat dilakukan secara akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Hasil hisab dan rukyatul hilal yang dilakukan oleh LFNU kemudian disampaikan kepada Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai bahan pertimbangan dalam sidang isbat penentuan awal Ramadhan. Sidang isbat ini melibatkan berbagai lembaga terkait, termasuk para ahli astronomi dan tokoh agama, untuk mengambil keputusan final mengenai kapan dimulainya ibadah puasa.
Oleh karena itu, ketika kita berbicara mengenai hitung mundur Ramadhan 2025 menurut NU, kita merujuk pada perkiraan berdasarkan metode hisab LFNU yang akan dikonfirmasi lebih lanjut melalui proses rukyatul hilal dan sidang isbat. Perkiraan ini memberikan gambaran awal bagi umat untuk melakukan persiapan, seperti mengatur jadwal pribadi, mempersiapkan kebutuhan ibadah, dan yang terpenting, mempersiapkan diri secara spiritual.
Menghitung hari menjelang Ramadhan bukan hanya sekadar mengetahui tanggal. Ini adalah momentum untuk meningkatkan kualitas ibadah dan kedekatan diri kepada Allah SWT. Beberapa persiapan yang bisa dilakukan antara lain:
Dengan semakin dekatnya Ramadhan, semangat kebersamaan dan ibadah semakin terasa. Mari kita manfaatkan sisa waktu yang ada untuk memperbaiki diri dan menyambut bulan suci ini dengan penuh suka cita dan kerinduan. Perhitungan hitung mundur ini menjadi pengingat kita untuk terus bersiap dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Perlu diingat bahwa tanggal pasti Ramadhan akan dikonfirmasi melalui sidang isbat yang diselenggarakan oleh pemerintah setelah mempertimbangkan hasil hisab dan rukyatul hilal.