Membahas Jumlah Ayat dalam Al-Qur'an yang Shahih

Ikon Kitab Suci Al-Qur'an

Pengantar Konsensus Mengenai Jumlah Ayat

Pertanyaan mengenai jumlah pasti ayat dalam Al-Qur'an merupakan salah satu isu yang sering dibahas dalam ilmu qiraat dan ulumul Qur'an. Penting untuk dipahami bahwa penetapan jumlah ayat ini berasal dari proses periwayatan yang ketat (sanad) dan telah disepakati oleh para ulama dari masa ke masa. Meskipun ada sedikit perbedaan pendapat di antara madzhab atau ahli qiraat mengenai penempatan atau pemisahan satu ayat, secara umum, terdapat konsensus mayoritas ulama mengenai jumlah total ayat yang termaktub dalam mushaf standar Utsmani yang kita kenal saat ini.

Jumlah ayat yang paling populer dan dianut oleh mayoritas umat Islam di seluruh dunia, terutama yang mengikuti riwayat Hafs 'an 'Ashim, adalah **6.236 ayat**. Angka ini merupakan hasil penghitungan yang dilakukan oleh para ulama penghitung ayat (al-aammuun) yang menyusun mushaf berdasarkan tradisi yang mereka terima secara mutawatir dari generasi sebelumnya.

Perbedaan Pendapat dan Basisnya

Mengapa terdapat variasi dalam penghitungan? Perbedaan ini umumnya bersumber pada masalah "fasl" atau pemisahan, yakni apakah suatu kalimat tertentu di awal surat dianggap sebagai bagian dari ayat sebelumnya ataukah merupakan ayat tersendiri (basmalah di awal surat juga memengaruhi). Imam Malik, misalnya, memiliki pandangan berbeda mengenai beberapa ayat dibandingkan dengan pandangan Imam Kufah (Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya).

Beberapa madzhab qiraat mencatat jumlah ayat sebagai berikut:

Semua riwayat penghitungan ini diakui shahih dalam konteks ilmu qiraat karena bersumber dari sanad yang terpercaya. Namun, ketika kita merujuk pada jumlah ayat dalam Al-Qur'an yang shahih dalam konteks mushaf standar internasional yang tersebar luas, angka 6.236 adalah yang paling umum dan diterima secara luas sebagai jumlah ayat di luar basmalah surat Al-Fatihah yang terpisah.

Status Kesahihan dan Mushaf Utsmani

Kesahihan jumlah ayat ini tidak terletak pada perbedaan hitungan itu sendiri, melainkan pada kesepakatan bahwa teks keseluruhan Al-Qur'an (kalimat-kalimatnya) adalah wahyu ilahi yang terjaga otentisitasnya. Perbedaan penghitungan ayat hanyalah masalah metodologis dalam menentukan titik akhir (waqaf) atau awal (ibtida') sebuah ayat, bukan pada pengurangan atau penambahan substansi wahyu.

Mushaf Utsmani, yang distandarisasi pada masa Khalifah Utsman bin Affan, menjadi pedoman utama. Meskipun Utsman tidak secara eksplisit menetapkan jumlah ayat secara numerik di setiap surat dalam format yang kita kenal sekarang, penetapan mushaf standar ini menghasilkan konvensi penulisan yang akhirnya mengarah pada hitungan 6.236 ayat bagi mayoritas ulama. Para ulama qiraat kemudian memastikan bahwa apa yang mereka baca sesuai dengan teks yang ditulis dalam mushaf standar tersebut.

Oleh karena itu, ketika ditanyakan mengenai jumlah ayat dalam Al-Qur'an yang shahih, jawaban paling kuat adalah 6.236 ayat, karena angka ini merefleksikan hitungan yang paling banyak diikuti dan dijadikan acuan resmi dalam banyak lembaga Islam global. Meskipun perbedaan kecil itu ada, mereka tidak mengurangi keabsahan Al-Qur'an sebagai firman Allah SWT.

Kesimpulan

Inti dari keabsahan Al-Qur'an terletak pada penjagaan teksnya yang dijamin Allah SWT. Variasi penghitungan ayat, seperti perbedaan antara 6.236, 6.214, atau angka lainnya yang disebutkan oleh madzhab qiraat, adalah perbedaan minor dalam metodologi penomoran, bukan perbedaan dalam isi wahyu yang disampaikan. Angka 6.236 adalah hasil kompilasi yang paling sering dirujuk, menguatkan bahwa Al-Qur'an tetap utuh dan otentik sejak diturunkan kepada Rasulullah SAW.

🏠 Homepage