Provinsi Kalimantan Selatan, yang dikenal dengan julukan "Bumi Lambung Mangkurat," merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan populasi yang signifikan di Pulau Kalimantan. Data demografi menjadi indikator krusial dalam perencanaan pembangunan daerah, mulai dari alokasi anggaran infrastruktur hingga penyediaan layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan. Mengetahui secara akurat jumlah penduduk merupakan langkah awal dalam merumuskan kebijakan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Angka populasi tidak hanya mencerminkan jumlah total jiwa yang mendiami wilayah daratan seluas kurang lebih 39.019 km persegi ini, tetapi juga memberikan gambaran tentang kepadatan penduduk di berbagai kabupaten/kota, seperti Banjarmasin sebagai ibu kota provinsi, Banjarbaru, hingga daerah penyangga lainnya. Pertumbuhan ini didorong oleh migrasi internal di Kalimantan serta laju kelahiran alami yang stabil.
Visualisasi Tren Demografi (Ilustratif)
Merujuk pada data resmi terakhir yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai jumlah penduduk Kalimantan Selatan, total populasi telah melampaui angka tertentu, menunjukkan kesinambungan peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Data ini biasanya dikumpulkan melalui Sensus Penduduk yang dilakukan secara berkala dan survei antar-sensus.
Angka pasti sering kali menjadi fokus utama bagi para perencana kota. Peningkatan jumlah ini membawa konsekuensi positif, seperti bertambahnya potensi sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung sektor ekonomi riil, termasuk pertambangan, perkebunan, dan sektor jasa yang mulai berkembang pesat di wilayah metropolitan Banjarbakula. Namun, peningkatan ini juga menuntut peningkatan kapasitas layanan dasar.
Tidak semua wilayah di Kalimantan Selatan memiliki kepadatan penduduk yang seragam. Kota Banjarmasin, sebagai pusat urban utama, secara alami memiliki kepadatan tertinggi. Hal ini memberikan tekanan signifikan pada tata ruang kota, kebutuhan transportasi publik, dan pengelolaan sampah. Sementara itu, kabupaten yang lebih luas seperti Hulu Sungai Selatan atau Balangan mungkin memiliki populasi yang lebih tersebar, namun tetap memerlukan pemerataan fasilitas kesehatan dan pendidikan.
Analisis demografi juga melihat komposisi usia. Jika mayoritas penduduk berada dalam usia produktif (15-64 tahun), provinsi ini menikmati bonus demografi. Untuk memaksimalkan potensi ini, fokus pemerintah daerah sering diarahkan pada peningkatan kualitas pendidikan vokasional dan penyerapan tenaga kerja di sektor-sektor strategis. Data menunjukkan bahwa Kalimantan Selatan berupaya keras untuk menciptakan lapangan kerja yang sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk usia kerja ini.
Perkembangan infrastruktur, seperti pembangunan jalan tol yang menghubungkan wilayah strategis, juga berkorelasi erat dengan pergerakan penduduk. Aksesibilitas yang lebih baik mendorong urbanisasi sekunder dan membantu mendistribusikan kegiatan ekonomi, yang secara tidak langsung mempengaruhi pola persebaran penduduk di luar pusat kota metropolitan utama.
Secara keseluruhan, angka populasi Kalimantan Selatan terus bergerak naik. Pembaruan data secara berkala sangat penting agar proyeksi kebutuhan masa depan—mulai dari kebutuhan perumahan hingga pengembangan kota baru—dapat direncanakan dengan matang, memastikan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif bagi seluruh warga Bumi Lambung Mangkurat.