Surat An Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan salah satu surat terpanjang dalam Al-Qur'an. Ayat-ayatnya mencakup berbagai aspek kehidupan sosial, hukum, dan spiritual umat Islam. Di antara berbagai permusyawaratan yang terkandung di dalamnya, Surat An Nisa ayat 64 memiliki makna mendalam yang sering menjadi fokus kajian dan renungan. Ayat ini secara spesifik membahas tentang hubungan antara hamba dengan Allah SWT, serta konsekuensi dari tindakan dan niat yang dilakukan oleh manusia.
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan agar ditaati dengan izin Allah. Sesungguhnya jika mereka setelah menzalimi diri sendiri datang kepadamu (Muhammad) lalu memohon ampunan kepada Allah, dan rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka akan mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Ayat ini mengandung dua pesan utama yang saling terkait. Pertama, penegasan bahwa setiap utusan (rasul) yang diutus oleh Allah SWT memiliki misi untuk ditaati, dan ketaatan tersebut semata-mata berkat izin dari Allah SWT. Ini menekankan otoritas kenabian dan ajaran yang dibawa oleh para rasul sebagai panduan dari Sang Pencipta. Ketaatan kepada rasul pada hakikatnya adalah ketaatan kepada Allah SWT, karena mereka adalah perantara wahyu dan contoh teladan bagi umat manusia.
Pesan kedua, dan menjadi inti dari ayat ini, adalah tentang pintu taubat yang selalu terbuka bagi mereka yang berbuat salah. Ayat ini secara gamblang menyatakan bahwa apabila seseorang merasa telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri (melakukan dosa atau kesalahan), lalu ia mendatangi Rasulullah SAW (dalam konteks ini, menjadi simbol pertaubatan dan permohonan ampun), kemudian memohon ampunan kepada Allah, dan bahkan Rasulullah SAW pun turut memohonkan ampunan untuknya, maka Allah akan menerima taubatnya. Ini menunjukkan betapa Maha Luasnya rahmat dan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya, bahkan setelah mereka melakukan kesalahan.
Makna mendalam dari Surat An Nisa ayat 64 memiliki relevansi yang sangat kuat dalam kehidupan seorang Muslim. Di tengah kesibukan dan tantangan hidup, manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Ayat ini memberikan harapan dan keyakinan bahwa kesalahan bukanlah akhir segalanya. Selama ada kemauan untuk kembali kepada jalan yang benar dan memohon ampunan, Allah SWT senantiasa siap mengampuni.
Konsep "menzalimi diri sendiri" mencakup berbagai bentuk dosa, mulai dari dosa kecil hingga dosa besar, baik yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak sesama manusia. Ketika seseorang menyadari kesalahannya, langkah pertama yang harus diambil adalah penyesalan yang tulus. Penyesalan ini kemudian diikuti dengan memohon ampunan kepada Allah SWT. Dalam konteks sejarah, kehadiran Rasulullah SAW menjadi jembatan bagi umat untuk mendapatkan keampunan, namun dalam kehidupan pasca-kenabian, kita berinteraksi dengan ajaran dan sunnah beliau serta memohon ampun langsung kepada Allah.
Kehadiran doa Rasulullah SAW dalam ayat ini juga memberikan gambaran tentang pentingnya syafaat dan peran orang-orang saleh. Namun, yang terpenting adalah kesadaran diri untuk bertaubat dan memohon ampunan dari Sumber segala ampunan, yaitu Allah SWT. Ayat ini mengajarkan bahwa pintu taubat tidak pernah tertutup bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin kembali kepada-Nya.
Surat An Nisa ayat 64 secara implisit juga mengajarkan tentang pentingnya tawakkal. Setelah berikhtiar, berusaha semaksimal mungkin, dan menyadari kesalahan, langkah selanjutnya adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. Dengan memohon ampun dan merasa yakin bahwa Allah Maha Penerima taubat, seseorang akan merasakan ketenangan jiwa dan harapan untuk perbaikan di masa depan. Ketaatan kepada ajaran Allah dan rasul-Nya, yang diwujudkan dalam bentuk mengikuti syariat dan menjauhi larangan-Nya, adalah puncak dari upaya kita untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Ayat ini menjadi pengingat yang kuat bahwa sebagai manusia, kita lemah dan seringkali terjatuh dalam kesalahan. Namun, kekuatan terbesar kita terletak pada kemampuan untuk bangkit kembali, bertaubat, dan memohon ampunan. Dengan memahami dan mengamalkan makna Surat An Nisa ayat 64, diharapkan setiap Muslim dapat menjalani hidup dengan lebih baik, senantiasa berada dalam lindungan rahmat Allah SWT, dan selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih bertakwa. Ketergantungan kepada Allah, ditambah dengan usaha untuk memperbaiki diri, adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.